Pelukis Banny Jayanata Gelar Pameran Tunggal Di Museum Dan Tanah Liat Kersan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Pelukis Bali Banny Jayanata Gelar Pameran Tunggal Di Museum Dan Tanah Liat Dusun Kersan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Juli 2018.
Impessa.id, Jogja : Pelukis Bali, Banny Jayanata menggelar Pameran Tunggal bertajuk “Black And Blue Mood” di Museum Dan Tanah Liat Dusun Kersan RT 5 Tirtonirmolo Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 14-31 Juli 2018, yang menampilkan sosok-sosok manusia.
Dalam pengantar kuratorial pameran Rain Rasidi mengatakan bahwa tubuh manusia adalah tema yang tak pernah usai digarap perupa. Penggambaran tubuh manusia mengalami perubahan sejalan dengan cara mereka memandang dunianya. Gambaran soal tubuh manusia dalam sejarah seni modern mengalami perkembangan sejalan dengan cara pandang manusia terhadap diri dan kenyataannya .
Banny Jayanata (Banny) pelukis kelahiran Surabaya tahun 1983, mengenyam pendidikan seni di Jurusan Disain Komunikasi Visual Universitas Petra Surabaya dan melanjutkannya di Pasca Sarjana Instititut Seni Indonesia Yogyakarta.
Saat ini Banny tinggal dan berkarya di Denpasar Bali. Sejak kecil Banny tertarik untuk menggambar (drawing). Kegiatan melukis pernah pula dipelajarinya di masa Sekolah Menengah Pertama. Namun aktivitas melukis yang benar-benar serius mulai ditekuninya sejak mengambil gelar master seni rupa di ISI Yogyakarta.
Banny mengasah ketrampilan melukis di lingkungan seni Yogyakarta bersama kawan-kawannya di kampus. Itulah yang kemudian disebutnya sebagai 'belajar teknik melukis secara otodidak'.
Tercatat ada dua pameran tunggal yang hingga tahun ini disajikan Banny. Yang pertama adalah "Luka" (2014), dan yang kedua adalah pameran yang hendak dibicarakan dalam tulisan ini, yaitu "Black and Blue Mood" (2018). Kedua pameran itu dilangsungkan di Yogyakarta. Dari keduanya, dapat dicermati bagaimana perkembangan karya Banny Jayanata baik dari teknik maupun gagasan-gagasannya.
Secara teknik dan penerapan bentuk, karya Banny dapat digolongkan pada pelukis bergaya ekspresionisme. Banny mengakui bahwa dia mengidolakan pelukis Affandi dan Georg Baselitz, keduanya dikenal sebagai pelukis ekspresionis dan neo ekspresionis.
Mengenai ketertarikan itu, Banny menyatakan bahwa "Pada dasarnya saya suka kebebasan dalam berkarya dan lukisan pelukis-pelukis ekspresionis paling cepat mengena pada saya," tuturnya kepada Impessa.id. Banny juga menyukai gaya melukis cepat. Hampir semua lukisannya dikerjakan sehari jadi. Dia menyebut apa yang dilakukannya adalah mengandalkan intuisi berkarya dan kebebasan dalam berkarya.
Pameran "Black And Blue Mood" adalah gambaran perkembangan pemikiran Banny terhadap kenyataan sekitarnya., menyelusuri perenungan-perenungan para filosof dan seniman Pameran juga menunjukkan keberanian Banny untuk lebih menyelusuri pengalaman mental dirinya sendiri melalui berbagai pengalaman fisik dan pengetahuan yang dibacanya. (Tok)