Feature

Mahasiswa FISIP UAJY Gelar Pameran Foto, Cerita dari Solo, Yang Tersua di Satu Masa, di Bentara Budaya Yogyakarta

Mahasiswa FISIP UAJY Gelar Pameran Foto, Cerita dari Solo, Yang Tersua di Satu Masa, di Bentara Budaya Yogyakarta

Mahasiswa FISIP UAJY Gelar Pameran Foto, Cerita dari Solo, Yang Tersua di Satu Masa, di Bentara Budaya Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Tim Studi dan Proyek Independen Multikulturalisme Fakultas Ilmu Sosial Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FISIP UAJY) berkolaborasi dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan Bentara Budaya menyelenggarakan pameran foto yang bertajuk “Cerita dari Solo, Yang Tersua di Satu Masa” pada 13-17 Juli 2023, di Bentara Budaya Yogyakarta.

Pameran Foto ‘Cerita dari Solo’ merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara mandiri pada Semester Genap 2022/2023, menampilkan karya hasil refleksi dari 15 mahasiswa untuk melihat potret geliat dinamika sosial, budaya, kekuasaan, dan hidup sehari-hari masyarakat di Surakarta.

Pameran foto yang dibuka oleh budayawan dan redaktur Kebudayaan Basis, Romo Sindhunata, SJ ditandai dengan penyerahan cover buku dari pihak tim SPIM. “Saya mengucapkan proficiat kepada teman-teman muda bahwa mau mengangkat tema budaya ini untuk fotografi. Mengenai kebudayaan di Kota Solo, untung para mahasiswa ini menangkap,” ujar Romo Sindhunata, SJ.

Kemudian pemasangan foto yang diwakili oleh Pax Benedanto, General Manager Group of Retail and Publishing Gramedia, Sushardjanti Felasari, ST, M.Sc., CAED, PhD, Wakil Rektor I UAJY, Patrick Hutajulu, Public Relations & Marketing Communications Manager Tanoto Foundation dan Joen Fen, Ketua Perhakkas.

Judul pameran “Cerita Dari Solo, Yang Tersua di Satu Masa” yang diwarnai dengan nobar (nonton bareng) dan diskusi novel, dimaknai sebagai potret kecil “perubahan sosial” yang ditangkap menjadi kepingan puzzle yang kemudian dilengkapi dengan kepingan lain agar terbentuk wajah utuh Kota Solo yang mengarungi perubahan zaman.

“Bak nginceng dari lubang kunci dan segala keterbatasan yang dimiliki, kami berusaha untuk merendahkan diri dan hati, menanggalkan alas kaki untuk berbaur dan melihat perubahan sosial yang terjadi. Pada akhirnya refleksi kami hanyalah secuil dari apa yang benar-benar terjadi di Solo,” ujar Gabriel Haris Putra Pratama selaku perwakilan dari Tim SPIM.

Nurpinto Hadi didampingi Candra Gautama, keduanya selaku kurator Foto mewakili Tim Studi Independen Multikulturalisme UAJY menuturkan, “Foto-foto dalam pameran ini kami susun bak “cerita bergambar”, terbagi dalam tiga bagian. Untuk mendapatkan narasi, Imajin si, dan “suasana batin”, kami sengaja memotret satu objek dengan sejumlah foto”.

Bagian I, “Bagai Bayang-Bayang Masa Silam”, merupakan narasi tentang sisasisa kebudayaan masa lampau yang masih hidup dan dihidupi oleh pelakunya.

Bagian II, “Meniti Buih Perubahan Zaman”, bercerita tentang upaya dan dinamika Kota Solo dalam mempertahankan citra sebagai kota budaya yang berakar pada sejarah negeri silang budaya. Dalam konteks ini, terjadi perbenturan antara legitimizing identity dan Project Identity.

Bagian III, “Menimba Kebijaksanan Leluhur”, berkisah tentang upaya keraton merevitalisasi perannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kita tahu, keraton adalah locus penting Pendidikan kebudayaan di Jawa selain pesantren dan perguruan di desa-desa.

“Karya kami ini hanyalah satu kepingan puzzle tentang perubahan sosial di Solo. Kami Bahagia jika ada pihak-pihak lain yang sudi melengkapi puzzle dengan kepingan-kepingan lain sehingga terbentuk wajah utuh Kota Solo dalam mengarungi perubahan zaman,” imbuh Nurpinto lebih lanjut.

Semangat keberagaman sebagai kekuatan Indonesia, diusung dalam pameran “Cerita dari Solo: Yang Tersua Dari Satu Masa” di Bentara Budaya Yogyakarta, 13-17 Juli 2023, menampilkan 101 foto sebagai refleksi Tim Studi Independen Multikulturalisme Universitas Atma Jaya Yogyakarta, atas Surakarta atau Solo, kota penting bagi peradaban Jawa.

Saksi sejarah berabad-abad terbentuknya percampuran kebudayaan sebagai Negeri Silang Budaya, mengacu pada pemikiran Denys Lombard, India, China, Arab, dan Barat.

Selama satu bulan penuh 15 mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) yang tergabung dalam “Tim Studi Independen Multikulturalisme” menetap di Solo, mencoba memotret “perubahan sosial” yang terjadi di kota lahirnya Serat Centhini, ensiklopedia Kebudayaan Jawa dan karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa baru.

Ilham Khoiri, GM Bentara Budaya & Communication Management, Corporate Communication, Kompas Gramedia menyebutkan, menarik mengamati foto-foto dalam pameran ini, terutama karena mampu mengangkat wujud keberagaman budaya (multikulturalisme) yang berdenyut nyata dalam kehdiupan masyarakat. Secara kasat mata, kita melihat bermacam ekspresi sehari-hari, mulai dari kuliner, kegiatan di pasar, arsitektur rumah, keraton, rumah ibadah, seni pertunjukan, naskah kuna (manuskrip), mural (lukisan dinding) sampai baju. Di balik semua itu, ada sejarah panjang proses akulturasi (pembauran budaya) dari kelompok masyarakat Jawa, keturunan Arab, Tionghoa, India, dan Barat (Amerika-Eropa).

“Meski foto-foto itu diambil di Solo, sesungguhnya semangat akulturasi yang tertangkap dari pameran itu juga merupakan gambaran umum bangsa Indonesia. Pameran tersebut mengajak mengenal keanekaragaman budaya yang dapat berjalan beriringan, bahkan saling membaur, saling menghargai,” tuturnya.

Tim studi independen merupakan bagian dari program “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” dengan pendekatan proyek yang menghasilkan karya. Digagas oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), berkolaborasi dengan FISIP UAJY. Lewat inisiatif “Tiga Pilar Tuk Indonesia”, Penerbit KPG mencoba menghubungkan Kampus, Media, dan Swasta dalam kerja-kerja kebaikan bagi Indonesia lewat jalur kebudayaan.

Tim Studi Independen yang terlibat masing-masing, Alan Kristyadi Grinspana, Albertus Handy Widodo, Ariel Rizky Putra Hartono, Christian Ricko Harianto, Cokorda Agung Istri Wedawati, Emanuel Evan Sebastian, Gabriel Haris Putra Pratama, Heinrich Terra, Jesslyn Josefina, Kezia Hendrawan, Michael Paulus Montolalu, Natania Valentine, Retnoningtyas Wulandari, Siti Amelia, dan Visakha Metta Madeline. Adapun Perancang Sampul Katalog merangkap Penata Letak Katalog ditangani oleh Wendie Artswenda. (Humas UAJY/Antok Wesman-Impessa.id)