Event

Pameran Seni Rupa Koleksi Taman Budaya Yogyakarta, Kencan Nonton Wayang, 24-31 Mei 2023

Pameran Seni Rupa Koleksi Taman Budaya Yogyakarta, Kencan Nonton Wayang, 24-31 Mei 2023

Mikke Susanto, Purwiati dan Khoirul Anam, tunjukkan salah satu karya lukisan yang dipamerkan, saat Jumpa pers Jumat (19/5/2023) (Foto: istimewa)

Impessa.id, Yogyakarta: Lembaga kebudayaan milik negara ini lahir dari rahim Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI pada 1978. Tugasnya adalah untuk melaksanakan pengembangan dan pengolahan seni budaya daerah di setiap propinsi. Tugas taman budaya adalah menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjenbud Depdikbud RI. Kini, dengan berbagai perubahan kebijakan, TBY menjadi UPT Dinas Kebudayaan DIY. 

Sejak awal berdiri, TBY telah melakukan pengoleksian karya seni rupa. Tujuannya untuk mewujudkan Galeri Seni Rupa di TBY. Karya-karya yang dikoleksi diperoleh melalui pembelian dan pemberian (hibah) sejumlah perupa. Sampai saat ini telah terdata lebih dari 100 karya seni berupa lukisan, grafis, kriya dan patung. 

Tim Kurator yang terdiri dari Dr. Mikke Susanto, M.A., Khoirul Anam, M.A., Lisistrata Lusandiana, M.Hum. menyajikan 60 karya seni rupa di dalamnya. Koleksi karya para perupa yang ditampilkan diantarnya Aming Prayitno, Amri Yahya, Askabul, Bagong ussudiarjo, Djakaria Suriakusumah, Dyan Anggraini Rais, Eddy Sulistyo, Edhi Sunarso,Entang Wiharso, Fadjar Sidik, Genthong HSA., H. Harjiman, H. Widayat, Herry Wibowo, Ida Hadjar, I Made Wiradana, I Made “Toris” Mahendra, Ida Hajar. 

Selain itu juga ada karya Kelompok SR. Jendela (Jumaldi Alfi, Rudi Mantofani, Yunizar, Yusra Martunus, Handiwirman), R.M. Djajengasmoro, Rais Rayan, Rusli, Saptoto, Soetopo, Subroto SM., Sulebar M. Soekarman, Suwaji, Syahrizal Pahlevi,          Ugo Untoro, Yon Indra, Z. Teguh Suwarto, dan perupa lainnya.

Pameran hasil kerjasama TBY dan Prodi S-1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta ini setidaknya tergambar sebagai “sketsa” lanskap seni rupa modern (di) Yogyakarta dekade 1970-2000an. Dengan dasar ini pendekatan kurasi yang digunakan bersifat kronik-estetik. Konsep yang memadukan antara kronologi kejadian yang ditopang dengan paradigma estetika setiap perupa pada masa-masa tersebut.

TBY telah berperan menjembatani peran seniman di mata masyarakat. Termasuk menaikkan pamor karya seni sebagai benda penting di arena publik. Melalui pameran koleksi yang kedua ini, diharapkan dapat menaikkan citra TBY, Pemda dan masyarakat DIY, hingga Indonesia di pentas atau pasar seni internasional. 

Karya-karya penting yang disajikan ini telah sepadan dengan tontonan klasik seperti wayang, gamelan maupun jenis seni tradisi klasik lainnya. Tak salah bila kita harus meyakini bahwa karya-karya seni Indonesia telah dan akan terus menjadi bagian dari seni global. Untuk itu, menontonlah dengan penuh gairah dan selidik, sebab yang Anda tonton memang penting dan perlu. (Khocil Birawa/Antok Wesman-Impessa.id)