John Raymond, Pelukis Muda Jakarta, Gelar Karya di LAV Gallery Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Dalam tulisan berjudul Ataraxia dan Tirai Keheningan, Citra Pratiwi, seorang akademis Kajian Budaya dan curator dan telah banyak melakukan penulisan untuk seniman kontemporer muda di berbagai pameran, kali ini melakukannya untuk pelukis muda dari Jakarta, John Raymond, yang sedang berpameran tunggal di LAV Gallery Yogyakarta.
Di saat sekarang rasanya sulit untuk bisa berdiam dengan diri sendiri. Diri kita dikelilingi sajian informasi. Waktu menjadi ruang sempit yang mewadahi informasi yang bertumpuk dan saling berlomba menarik perhatian kita untuk kita lihat, nggak percaya? Lihat saja timeline dalam aplikasi ponsel pintar kita. Notifikasi menjadi penanda keterhubungan kita dengan orang lain, lingkungan, bahkan dunia.
Bertambahnya lapisan di dalam ruang kehidupan kita melalui ruang digital, membuat manusia berada daÅam kepungan informasi, hiruk pikuk berita yang bergantiganti, berlangsung dalam hitungan detik bahkan stimultan yang meminta perhatian kita.
Ketika kita mengikuti peristiwa yang terjadi di sekeliling kita seperti mengikuti berita, melihat aktivitas terkini dari selebriti yang kita kagumi, atau bahkan informasi harga murah, informasi ini membawa kita ke daÅam sensasi pikiran dan perasaan. Tapi coba kita perhatikan tubuh kita, ia tidak bergerak daÅam kecepatan yang sama, bahkan tubuh kita cenderung diam. Apakah benar kita diam? Siapa yang sebenarnya bergerak?
Kecepatan informasi diciptakan dengan tujuan untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik. Jika kita ingat istilah di era digital awal seperti: connecting people, upto-date, kekinian, anak gaul, sharing is caring. Istilah-istilah dimana manusia diajak untuk membuka diri. Ajakan untuk menjadi bagian dari dunia dan saling terhubung, terkoneksi dengan lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan tentu saja ajakan menjadi lebih bahagia. Di saat sekarang ketika kita berada di daÅam transparansi dunia, benarkah kita lebih bahagia?
John Raymond seorang seniman muda yang berasal dari Jakarta. Sejak tahun 2017 ia memilih abstrak ekspresionis sebagai pilihan dalam melukis. Menggunakan medium akrilik, John Raymond melakukan pendekatan medium dimana dia mempelajari kedekatan sifat cair dalam sebuah cat. Sebagai seorang seniman dia tidak menggunakan medium sebagai fungsi namun secara gestural dan liris, kita bisa melihat bagaimana medium ini bergerak daÅam sesuatu yang liquid kemudian dia mengendap diam.
Di dalam pameran ini John Raymond menghadirkan ajakan bagi audiens untuk bisa istirahat sejenak dan berefleksi diri dan menenangkan pikiran. Pameran yang diberi judul Ataraxia merupakan pameran tunggal pertamanya sejak ia mengawali diri sebagai pelukis di tahun 2017. Kebisingan yang tidak hanya ketika kita berada di daÅam keramaian, kebisingan juga ada ketika kita sendirian. John Raymond melalui lukisan-lukisan di dalam pameran ini untuk hening dan mendengar suara hati, menemukan diri kita sendiri yang lebih daÅam.
Ataraxia adalah sebuah pandangan filsafat mengenai kebahagiaan, hidup tenang, merasa penuh dengan diri sendiri tanpa ada gangguan. Sebuah pandangan ideal kehidupan dari sebuah aliran filsafat yaitu Stoikisme. Stoikisme merupakan sebuah aliranfilsafat yang tumbuh di saat Kekaisaran Romawi. Stoikisme percaya bahwa barang siapa yang bisa mencapai Ataraxia (sebuah keadaan tanpa gangguan dan emosi negatif), niscaya ialah individu yang bahagia. Kehidupan Stoikisme demanding jika seseorang memutuskan untuk menapaki jalan sebagai seorang Stoic, kebahagiaan yang ia rasakan tidak dibatasi hanya oleh keinginannya yang menjadi kenyataan. Kebahagiaan seorang Stoic lahir dari keselarasan dirinya dengan alam semesta, yang merupakan bagian dari diri manusia, dan tempat di mana manusia berada. Pandangan seorang Stoic, akan selalu berusaha membedakan peristiwa dalam kehidupan ke dalam dua kategori yaitu: halyang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol. Ketika suatu hal bisa dikontrol pandangan Stoikisme akan memfokuskan dirinya untuk memaksimalkan apa yang ia punya. Sementara pada hal trus yang tidak bisa dikontrol Stoic akan menerimanya dan tidak membiarkan hal ini mempengaruhi kehidupan.
John Raymond dalam pameran tunggal kali ini banyak menggunakan warna kebiruan yang ia temukan bersama warna netral. Sebagai pelukis ia juga mengatakan ia tidak butuh waktu lama dalam berkarya. Di dalam berkarya goresan kuas tumpahan cat ia lakukan dengan sepenuh hati dan cenderung perlahan. Sangat berbeda dengan pelukis abstrak pada umumnya yang menggunakan ledakan energi dan kecepatan sebagai ekspresi.
Di dalam lukisan John Raymond kita merasakan alunan dalam garis, lekukan dan aliran. Gerak-gerak garis yang bersifat gestural ini mengingatkan kita pada anima dananimus yang ada di dalam diri manusia. Anima dan Animus merupakan pikiran bawah sadar manusia, kepribadian subjektif yang mewakili tangga bawah sadar yang lebihdalam dari bayangan atau mirroring. Seorang seniman bisa berada dalam energi ini ketikaia melepas kesadaran ia sebagai sebuah bentuk transenden atau immaterial. Lukisan abstrak John Raymond sebuah ungkapan mengalun yang merupakan resapan dari proses hiruk pikuk kehidupan dengan proses refleksi yang panjang.
Melihat lukisan Jhon Raymond kita juga diajak untuk berefleksi mengenai kebahagiaan dalam keberadaan diri dan waktu. Lukisan abstrak John Raymond selalu bermain dalam ruang. Ruang kosong juga sebuah bentuk, kosong juga sebuah keindahan, kebahagiaan. Jhon Raymond melihat jeda sebagai sebuah hal yang berharga. Jika kita melihat judul-judul daÅam pameran tunggal Ataraxia karya-karya ini berisikan ajakan untuk memberikan diam dan jeda untuk merasakan bahagia. Ketenangan menjadi sebuah pilihan untuk membiarkan ruang menjadi kosong membiarkan jiwa kita Hening dan tenang meskipun chaos itu ada. Mengutip percakapan John Raymond dalam diskusi dalam proses konsep pameran ini “Saya memaknai bahwa ketenangan sejati dirasakan ketika berada di kebisingan dalam kurun waktu tertentu lalu seketika itu hening.” (Grace/Citra Pratiwi/Antok Wesman-Impessa.id)