Penari Difabel Rayakan Hari Tari Dunia 29 April 2023 Di Pendhapa AKN Seni-Budaya Yogyakarta
Tari berjudul "Love From Eugene" karya NALITARI dalam pentas tari oleh penari difabel rayakan Hari Tari Dunia 29 April 2023 Di Pendhapa AKN Seni-Budaya Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Peringatan Hari Tari Se Dunia pada Sabtu, 29 April 2023 dirayakan secara istimewa oleh Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta, menggandeng penari-penari disabilitas tuna rungu di Yogyakarta dalam pentas bertajuk “Beksa Jiwaning Bangsa” berlangsung di Pendhapa Widya Budaya jalan Parangtritis KM 4.5 Panggungharjo-Sewon-Bantul.
Semangat yang luar biasa dari para difabel tuna rungu di Yogyakarta yang tergabung kedalam NALITARI menampilkan tiga tarian masing-masing, berjudul “Sunyi”, “Kaksa” dan "Love From Eugene” serta pentas pelajar putri SLB 1 (Tuna Rungu) Bantul berkolaborasi dengan guru mementaskan tarian berjudul “Kecubung Sakti”.
(Tari" Mataya Singkir Sengkala" karya Prof Mandyo)
Ketua panitia kegiatan Theodorus Dicky Yudha S menuturkan, peran serta seniman tari difabel Yogyakarta untuk merayakan ‘Pesta Pertunjukan Tari’ atau International Dance Day mengenang kelahiran pencipta ballet modern Jean-Georges Noverre (1727-1810) atas kesepakatan Komite Tari Institut Teater Internasional -ITI pada 1982, maka tangal 29 April ditetapkan sebagai World Dance Day.
“Ide kami tercetus setelah mengetahui ada seorang mahasiswa diantara kami, bernama Wahyu Rahmat Dullah yang akrab disapa Fai, adalah difabel tuna rungu, namun dirinya pandai menari, kebetulan dia masuk Program Studi Tari, maka terwujudlah acara Beksa Jiwaning Bangsa ini yang berlogo-kan Sumping dengan telinga dilengkapi Alat Bantu Dengar,” ujar Theo.
Tarian berjudul “Mataya Singkir Sengkala” karya Profesor Mandyo mengawali pementasan yang dihadiri banyak tamu undangan dan segenap civitas akademika kampus AKN Seni-Budaya Yogyakarta. Meski sudah menginjak usia 74 tahun, Prof Mandyo tetap lincah-gesit dan enerjik menarikan tarian berdurasi 15 menit, dengan makna mengusir segala penyakit termasuk pandemi Covid-19 dengan tari-tarian.
Selama pementasan berlangsung terlebih yang dibawakan para penari difabel tuna rungu, seluruh penonton yang duduk bersila di Pendhapa “Widya Budaya” hanyut dalam keharuan dengan segala pemikiran yang berkecamuk di benak, dengan mata-kepala sendiri secara langsung menyaksikan hebatnya anak-anak muda bangsa yang menyandang disabilitas tuna rungu mampu tampil elok, tanpa mendengar suara apapun, mereka menari saling mengisi membentuk konfigurasi apik.
(Dunadi, seniman Pematung, mengapresiasi tinggi untuk pementasan tari oleh para difabel tuna rungu di AKN Senibud Yk)
Apresiasi tinggi dikemukakan oleh Dunadi, pematung kesohor yang hadir sebagai tamu undangan usai mengikuti flashmob sebagai penutup acara. “Saya sangat terharu dan sulit mengucapkan kata-kata melihat pentas tari oleh para difabel tuna rungu tadi, Luar biasa! Mereka tidak mendengar suara apapun, tapi dengan hati-nurani dan perasaan yang kuat mampu menari bersama-sama dengan cantik,” ungkap Dunadi kepada Impessa.id. (Antok Wesman-Impessa.id)