Feature

Tas Mewah Buatan PT Kaping Piton Handmade Yogyakarta

Tas Mewah Buatan PT Kaping Piton Handmade Yogyakarta

Tas Mewah Buatan PT Kaping Piton Handmade Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Munculnya inovasi baru produk kriya kulit yang menyentuh selera pasar, semakin memperkuat kejayaan industri kulit dan produk kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kehadiran tas kulit eksklusif produksi PT Kaping Piton Handmade Yogyakarta membuktikan hal itu, selain menjadikan kebanggaan sebagai produk putra bangsa juga mematahkan stigma bahwa anak muda telah meninggalkan budaya adiluhung leluhur.

Tas eksklusif dari Yogyakarta teruntuk kalangan middle-up tersebut memang layak diacungi jempol, berkat kualitas tinggi dengan pengerjaannya yang teliti dilatarbelakangi ide dari alam lingkungan sekitar, sehingga disebut tas mewah Made In Indonesia.

Dalam kata pengantar buku berjudul “Teknologi Pengolahan Kulit Sapi”, Prof. Dr. Ir. Suharjono Triatmojo M.S, menuturkan bahwa kulit merupakan hasil ikutan pemotongan ternak yang memiliki nilai tinggi.  Kulit yang disamak memiliki sifat kuat, lentur, awet dan tidak mudah busuk. Kulit samak dapat digunakan untuk sepatu, alas kaki, pakaian, tas, koper, dompet, jok mobil, meubel, seat-belt, sol dan masih banyak lagi.

PT Kaping Piton Handmade milik RM Kharisma Sakyta Dewangga,yang akrab disapa Angga, lulusan tahun 2010 dari Fakultas Teknik Industri, UGM, dengan alamat di wilayah Suryodiningratan Mantrijeron Yogyakarta, khusus membuat tas kulit eksklusif untuk wanita dan pria kalangan menengah-keatas, menggunakan bahan kulit hewan yang telah disamak.

Sejak 2010, Angga tertarik untuk menggeluti bahan-bahan kulit bersama temannya dan menurutnya kulit aseli yang telah disamak terlihat mewah, memiliki daya tahan lama atau timeless, tahan dari benturan. dan kuat, sangat awet.

Pada 2017, Angga mulai serius menekuni produk terbuat dari kulit samak. Awalnya, dirinya masih mengikuti tren yang ada, disain dan bahan yang sama dengan teman-teman sesama produsen tas eksklusif. Ternyata yang dia temui terjadi perang harga diantara mereka.

Dikatakan, produk terbuat dari bahan pilihan, disain bagus, tetapi harganya dinilai mahal dibandingkan dengan produk serupa, model, disain dan warnanya sama, namun dari bahan murah, berkualitas rendah. Hal itu membuat pemakai tas berkualitas tinggi merasa risih karena berdampingan dengan tas serupa dengan kualitas rendah.

Berdasarkan kejadian itu, pada 2020, Angga, mulai mendisain produknya secara eksklusif, lain dari disain kebanyakan yang ada, berbeda dari yang lain, bahannya dari bahan pilihan terbaik, warnanya beda, tidak masuk ke ranah yang sudah ada.

Angga memilih disain sepenuhnya back to nature, kembali ke alam, dicontohkan, untuk tas warna cokelat dan hijau, makna warna cokelat menggambarkan tanah, sedangkan warna hijau menggambarkan rerumputan. Kemudian tas wanita warna merah dan putih yang terbuat dari kulit Biawak, terinspirasi tatkala dirinya melihat se-ekor Biawak putih merayap di dinding batu bata merah..

“Untuk bahan kulit, saya betul-betul mencari yang kelas A, berkualitas tinggi, kelas atas, tapi bisa di nego. Langsung mencari ke rumah produksinya, tidak lewat pihak lain. Saya menggunakan bahan dari kulit sapi, kulit domba, kulit biawak dan kulit ular”, ujar Angga kepada penulis.

Eksklusifitas produknya juga dari pilihan warna kulit, dia kombinasikan berdasarkan warna alami yang ada disekitarnya. Merah dan hijau, biru (warna langit) dan kuning (matahari), merah dan putih. Semuanya berdasarkan inspirasi yang dia dapatkan dari warna-warna alam.

Terkait dengan pilihan penjahit dan pemotong bahan yang dijadikan mitra-kerja, Angga melakukan seleksi ketat selama rentang waktu yang cukup lama, untuk membuat sebuah tas, misalnya, dia mulai mendatangi dari satu penjahit ke penjahit berikutnya, sehingga dia menemukan ahli jahit yang bagus sesuai dengan keinginannya. Setelah dia menemukan maka Angga menyediakan waktu bertandang kerumah penjahit itu, saat menjahitkan tas yang telah dia disain. Dalam hal ini Angga berhasil menemukan penjahit handal di kawasan Condong Catur, Sleman.

Sebelum membeli bahan kulit, Angga menentukan terlebih dahulu model tasnya. Semisal motif ular yang sedang merayap di rerumputan, maka dia mencari kulit yang berwarna cokelat dan hijau.

Brand produk masih memakai nama PT Kaping Piton, berhubung HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) sudah diajukan dan kini masih dalam proses terbit. Jenis-jenis produk yang telah dihasilkan sangat bervariasi, berupa, tas wanita, tas pria, dompet wanita, dompet pria, asesories gelang, ikat pinggang, gantungan kunci, namtek (tali pinggang untuk mengait celana), dan apron (celemek khusus barista) terbuat dari kulit domba, tipis namun ulet. Bahan kulit yang dipakai yakni, kulit sapi, kulit domba, kulit biawak dan kulit ular.

Marketshare produknya sudah ke berbagai kota di Indonesia, bahkan pernah ke Eropa, ke Polandia, untuk penjualan online melalui akun FB dan IG.

Menurutnya, prospek produk yang dia buat cukup menjanjikan mengingat pasar mulai jenuh dengan produk yang serupa dari segi disain dan warna namun harga murah. “Itu yang membuat pemilik tas mahal jadi males, kini konsumen lebih memilih produk handmade, karena unik, spesial, tanpa ada duanya,” imbuhnya.

Adapun permintaan konsumen lebih banyak ke produk tas wanita berukuran minimalis, kecil, “Sekarang kan serba mini, gak perlu bawa dompet, cukup bawa HP karena sudah terintegrasi dengan simpanan uang di bank, bawa lipstick, bedak dan tissue, sudah cukup itu saja. Untuk tas yang berukuran 35 Cm, untuk laptop, kini sudah mulai ditinggalkan, karena pilihan beralih ke tas berukuran 18-20 Centimeter untuk iPad dan notebook. Range harga tas wanita tersebut, mulai dari 600K hingga 2-juta-an untuk yang kombinasi kulit ular,” ungkap Angga lebih lanjut.

Bagi peminat produk eksklusif dari PT Kaping Piton Handmade, dapat menghubungi langsung ke Kharisma Sakyta Dewangga, nomor WA: 0852 2515 2775. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)