Event

Pameran Sejarah Tangguhnya Pelaut Nusantara Di Era Perdagangan Rempah Dunia

Pameran Sejarah Tangguhnya Pelaut Nusantara Di Era Perdagangan Rempah Dunia

Maket Kapal Borobudur, kapal laut yang terukir pada relief di dinding batu candi Borobudur, dihadirkan dalam Pameran Sejarah Tangguhnya Pelaut Nusantara Di Era Perdagangan Rempah Dunia.

Impessa.id, Yogyakarta: Pameran Sejarah Arung Samudra dan Warisan Budaya Rempah Nusantara bertajuk “Penunggang Gelombang” dihelat di Gedung Cenderawasih Teras Malioboro 1 Jl. Margomulyo, Yogyakarta, pada 14-21 Juni 2022 dan buka setiap hari pukul 09.00-21.00 WIB.

Kurator pameran Dr Sri Margana MPhil dalam pengantar kuratorial menyebutkan bahwa rempah-rempah telah diperdagangkan oleh para pelaut Nusantara ke berbagai belahan dunia sejak ratusan tahun sebelum masehi, hingga kedatangan bangsa-bangsa asing ke Nusantara.

(Karya TITARUBI, "Shadow of the Past" Ukuran: 590 x 160 x 275 cm, 2018) yang dihadirkan dalam pameran tersebut)

Dikatakan, periode itu dapat dianggap sebagai “The First Wave” (Gelombang Pertama) dari berdagangan rempah dunia dengan pemeran utama pelaut-pelaut Nusantara sendiri. Petunjuk-petunjuk atas aktivitas arung samudra para pelaut Nusantara ditemukan pada catatan dan literatur-literatur klasik yang ditulis oleh para pelaut, kartografer dan sejarawan asing seperti Ptolomeus, Herodotus dan juga penulis-penulis anonim seperti The Periplus of the Erythraean. Dari sumber-sumber tersebut banyak julukan diberikan pada para pelaut Nusantara seperti “Penunggang Gelombang” dan juga “Setan Laut”.

Pameran Sejarah Arung Samudra dan Warisan Budaya Rempah Nusantara, menampilkan mozaik sejarah arung samudra dan perdagangan rempah para pelaut Nusantara sejak “gelombang pertama” di awal-awal masehi berdasarkan berbagai catatan para pelaut, kartografis, litograph dan penulis asing serta bukti-bukti prasasti, artefak yang ditemukan di Indonesia, hingga kejayaan maritim Mataram pada abad ke-17.

Salah satu yang paling unik dalam pameran itu, adalah menampilkan karya perupa kontemporer Indonesia ternama, Titarubi berupa karya seni instalasi berbahan alam dan logam mulia. Acara yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta digelar dalam rangka mendukung Program Jalur Rempah dari Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Merayakan HUT ke-109 Purbakala. Bermitra dengan Departemen Sejarah UGM, Jurusan Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta, Yayasan Kinara Vidya serta mitra Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. (Mikke Susanto/Antok Wesman-Impessa.id)