Pameran Seni Rupa I Gusti Ayu Kadek Murniasih, di Gajah Gallery Singapore, 15 Juli-15 Agustus 2021
Impessa.id, Yogyakarta: Dalam rangka memperingati lima belas tahun wafatnya pelukis I Gusti Ayu Kadek -IGAK Murniasih, yang juga dikenal sebagai 'Murni', maka Gajah Gallery Singapura dengan alamat lengkap Gajah Gallery Singapore 39 Keppel Road Tanjong Pagar Distripark, #03-04 Singapore 089065, menggelar pameran tunggal bertajuk "Shards of My Dreams That Remain In My Consciousness" yang komprehensif bagi salah satu seniman pelopor Bali.
Pameran yang menghadirkan lebih dari 50 lukisan dan patung yang lahir selama satu dekade karir seni Murni yang sangat produktif, mulai dari 1990 an hingga 2006, menampilkan evolusi kekaryaan Murni sepanjang tahun aktifnya sebagai seorang seniman -dari karya-karya berwarna pastel di awal karirnya yang menunjukkan ciri gaya pengosekaan yang ia pelajari, hingga lukisan-lukisan yang lebih berani, lebih cerah dan diluar dugaan yang sekarang kita kenal sebagai gaya khas Murni.
Pameran seni rupa IGAK di Gajah Gallery Sinngapura tersebut menampilkan keluasan dan keragaman tema-tema karya Murni: dari gambaran yang jujur tentang dinamika seks dan kuasa, benda-benda surealistik, makhluk dan karakter; mimpi yang hidup dan liar, hingga keinginan untuk terus mereklamasi tubuh. Seperti yang diartikan dalam buku The Curtain Opens: Indonesia Women Artists (2007), karya Murni adalah “pernyataan-pernyataan yang menangkap perjuangan seorang wanita dari objek seksual pasif menjadi subjek seksual aktif”.
Pameran ini disertai publikasi buku yang mencakup berbagai essay dari sejarawan seni ternama, Dr Wulan Dirgantoro dan Dr Astri Wright. Buku itu mencakup catatan mendetail biografi Murni; mendiskusikan ragam tema yang sering terabaikan dalam pembacaan karya-karyanya; dan mengartikulasikan posisi krusial yang patut Murni tempati di dalam sejarah seni Bali dan Indonesia.
Membaca kembali karya Murni maupun tulisan mengenai kekaryaannya, pameran dan publikasi buku mendalami warisan seniman yang masih sangat kurang diperhatikan; bagaimana karyanya bisa menjadi sangat personal dan disaat yang bersamaan juga universal - beresonansi dengan audiens kontemporer di luar era dan areanya. (Liza Markus/Gajah Gallery/Antok Wesman-Impessa.id)