Pameran Bersama 34 Seniman Di Sayap Ruang Seni, Omah Cepit-Bantul, Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Sebanyak 34 seniman mengobati kerinduan masing-masing untuk membangkitkan kembali semangat sesama seniman Indonesia, setelah hampir setahun vakum dikarenakan merebaknya wabah Covid-19, dalam Pameran Bersama bertajuk “Sejangkauan Tangan”.
Ke-34 seniman tersebut masing-masing, Agus Yulianto, Alie Gopal, Andree Boy, Arwin Hidayat, Arya Sukapura Putra, Asnar Zacky, Ayu Arista Murti, Bob “Sick” Yudhita, Dedy Sufriadi, Diana Puspita Putri, Digie Sigit, Dona Prawita Aisuta, Eko Didyk Sukowati, Farhan Siki, Fatoni, Fitri DK, Gusmen Heriadi, Hassan Pratama, Hendra “Blangkon” Priyadani, Ismanto Wahyudi, Isrol Media Legal, Iwank, Lelyana Kurniawati, Nano Warsono, Pandu Mahendra, Restu Ratnaningtyas, Roaeayyah Diana P, Samuel Indratma, Setu Legi, Soni Irawan, Sulung Widya, Theresia Agustina S, Tohjaya Tono, Utin Rini, dengan Kurator Rain Rosidi.
Pameran “Sejangkauan Tangan” tersebut sekaligus menandai pembukaan galeri baru dengan nama “Sayap Ruang Seni” pada Rabu, 10 Maret 2021, di Omah Cepit, Jalan Cepit nomor 46 Desa Sawahan, Bantul, Yogyakarta, yang dimenej oleh seniman ternama, Arya Pandjalu. “Sayap Ruang Seni” merupakan Warung, Tempat Kumpul, Presentasi Seni, Live Music dan Pameran Seni Rupa.
Rain Rosidi selaku kurator pameran menuturkan bahwa pameran “Sejangkauan Tangan” terisnpirasi dari prinsip kerja yang dilakukan oleh Asnar Zacky Dosen Seni Rupa Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta, yang mengerjakan karya-karya drawing, ilustrasi, komik, dengan detail dan ketelitian mengagumkan.
“Bagi Asnar Zacky, sejangkauan tangan memiliki dua matra, dalam artian fisik, satu lingkup meja kerja, semua keperluan kerja ada di seputaran meja kerja, dan sejangkauan jelajah ide, selaras hasil penyerapan wawasan dan lata belakang akar budaya diri. Sejangkauan Tangan dalam pameran ini juga menggambarkan ukuran karya yang relatif kecil dan penyajiannya yang terjangkau publik," tutur Rain Rosidi.
Menurut Rain Rosidi, pameran Sejangkauan Tangan menjadi saksi keberadaan seniman selama pandemi dan proses pemulihannya. “Meski terjadi pembatasan-pembatasan akibat dampak pandemi, seniman tetap aktif bekerja kreatif dan berkarya, beradaptasi dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut,” ujarnya.
Kepada Impessa.id, Arya Pandjalu mengakui bahwa pembatasan untuk tetap diam dirumah akibat pandemi, bagi seniman tidak begitu menjadi masalah dikarenakan seniman terbiasa dirumah, berkreasi, berkarya, berinovasi, disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungannya. “Kehadiran Sayap Ruang Seni ini kami coba melibatkan seniman yang sudah kenal akrab untuk bergabung dalam pameran bareng perdana dengan tema Sejangkauan Tangan, sebagai respon terhadap pandemi, mengaktivasi lagi kegiatan-kegiatan yang dulu biasa kami lakukan. Diluar dugaan, ternyata respon teman-teman seniman sangat antusias, bahkan ada yang mengirimkan dua-tiga karya, solidaritas teman-teman sangat kuat,” aku Arya Pandjalu.
Dalam pameran “Sejangkauan Tangan” itu, Lelyana Kurniawati yang akrab disapa Lely menghadirkan karya Drawing on Paper menggunakan Pensil dan Charcoal, berjudul “Home Sweet Home” berukuran 34x40 centimeter. “Karya ini sangat kontekstual dengan situasi saat ini, dengan lebih banyak diam dirumah, lebih banyak ber-introspeksi, lebih banyak berkarya, lebih banyak berkomunikasi dengan alam seperti berkebun dan bertanam,” ungkap Lely yang bermukim ditepi sungai di kawasan Tempuran, Tamantirto.
Perupa berkarakter full-body tattoo, Bob “Sick” Yudhita yang menampilkan karya berjudul “Lupa Bernafas Sarapan Kedua” crayon diatas kanvas yang didasari acrylic, berukuran 20x20 centimeter, mengungkap eksperimen Bob dirumahnya yang dijadikan semacam laboratorium untuk menelaah lebih jauh tentang obat terlarang hingga pergaulannya dengan narapidana. Keikutsertaan Bob “Sick” Yudhita didalam pameran “Sejangkauan Tangan” bagaikan Burung Hantu yang keluar dari Kotak Mummy, bebas lepas dimasa isolasi saat ini.
Perupa lainnya yang terlibat, Hassan Pratama dari Bandung, yang mengusung tema lukisan “Konser” imajinasinya main konser yang dia tuangkan dalam kanvas, berukuran 30x30 centimeter. Hassan Pratama kepada Impessa.id, menceritakan kesuksesan pameran tunggalnya selama dua pekan, berjudul “Tress of Life” di alam terbuka, Sanggar Olah Seni Bandung, Hutan Babakan Siliwangi, 20 lukisannya dibiarkan kena panas, terkena guyuran hujan, karena dalam waktu dekat semuanya digelar kembali dalam pameran tunggal berikutnya di dalam Gedung untuk menunjukkan kepada publik pecinta seni, bahwa lukisan yang kena pansa dan kena hujan itu tetap dalam kondisi bagus.
Ade, sapaan dari Arya Sukapura Putra, seniman yang bermukim di kawasan Bugisan, memajang karya berjudul “Mainstream 14” serial dari 60 lebih karya Mainstream-nya, dan kali ini mengisahkan tentang kompleksitas pikiran yang bisa dikaitkan dengan kebingungan akibat dampak pandemi, tertuang pada kayu berbentuk bundar sebagai gambaran tiada batas.
Iwank HS, hadir dengan karya Drawing Pensil dan Cat Air di atas kertas, berukuran 20x20 centimeter, berjudul “Ngejam” karya komikal dirinya tampil dalam karakter kartun main Kencrung, dan sang idola Jimmy Page – Led Zeppelin, yang ditampilkan realis main Gitar. Seolah terjadi dialog diantara keduanya, “Bung Kuncine Opo?”
Iwank dengan studio di kawasan Kuncen, Wirobrajan, mengaku salut atas upaya Arya Pandjalu menggelar pameran bersama disaat pandemi yang bikin orang nglokro. “Sangat menghidupkan kembali, dalam bincang-bincang terucap, untuk tahap awal, kita gandeng teman-teman seadanya dulu yang terjangkau, yang lain mengisi dipameran berikutnya,” aku Iwank.
Penulis bertemu dengan kelima seniman itu berbarengan dengan launching Single Perdana penyanyi belia Marcella di ruang pamer Sayap Ruang Seni yang berlokasi di Kawasan Cepit-Bantul, pada Minggu, 14 Maret 2021. (Features of Impessa.id by Antok Wesman)