Travelxism Gelar Webinar How Australians See Indonesia
Impessa.id, Yogyakarta via Zoom Meeting - Travelxism (travelxism.com), sebuah start up yang bergerak di bidang pariwisata, khususnya pariwisata berkelanjutan, menggelar seminar internasional bertajuk “How Australians See Indonesia? Future Youth Collaboration Potential” melalui Zoom Meeting, Rabu (2/12/2020).
Webinar yang dipandu oleh Co-founder Travelxism, Desideria Murti MA PhD, menghadirkan dua narasumber, Liam Dudley (Melbourne) dan Minh Bui (Sydney), delegasi Australia untuk Program Pertukaran Pemuda Australia Indonesia (AIYEP) tahun 2020. Acara yang berlangsung selama satu jam, dimulai pukul 16.00 WIB berlangsung interaktif dengan kehadiran 51 peserta dari berbagai profesi dan berbagai daerah di Indonesia hingga Australia.
Liam dan Minh merupakan mahasiswa yang sedang mengambil program Bahasa Indonesia di salah satu universitas di Australia. Menurut mereka, masih banyak orang Australia yang sampai saat ini melihat Indonesia adalah “Bali”, atau negara Islam, bahkan Indonesia dipandang negara yang tidak demokratis atau diktator.
Namun hal tersebut ditepis, ketika Minh tiba di Indonesia, Minh saat ini berkesempatan untuk belajar di Jakarta karena program beasiswa yang diikutinya. “Indonesia adalah negara dengan kebudayaan yang kaya dan unik,” ujar Minh. Ia sangat menikmati ketika bisa berwisata di Indonesia, belajar Budaya Jawa, hingga makan makanan Indonesia seperti Gado-Gado dan Sate Kambing.
Selain penjelasan narasumber, berbagai pertanyaan juga muncul dari peserta webinar yang ingin mengetahui terkait pengalaman mereka di Indonesia. Salah satunya adalah pertanyaan terkait hal apa yang harus disyukuri orang Indonesia karena hal tersebut tidak ada di Australia. Liam dan Minh mengatakan bahwa masyarakat Indonesia harus bersyukur karena harga-harga makanan hingga wisata sangatlah murah dibanding dengan Australia.
Mereka juga mengatakan bahwa Batik merupakan salah satu produk yang potensial untuk di jual di Australia. “Hal tersebut karena pakaian di Australia motifnya kurang menarik,” kata Liam. Minh juga menambahkan bahwa Tempe dan Rokok adalah dua produk Indonesia yang potensial dijual di Australia, karena harganya yang murah di Indonesia.
Ketika ditanya apakah masyarakat Indonesia berpotensi untuk bekarir di Australia, mereka juga sepakat mengatakan bahwa hal tersebut sangat memungkinkan. “Budaya Indonesia terintegrasi dengan baik dengan budaya Australia, hal tersebut sangat mungkin,” kata Liam. Minh juga menambahkan bahwa banyak jalur untuk orang Indonesia bisa ke Australia, seperti beasiswa LPDP hingga berbagai beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia.
Meskipun sudah belajar bahasa Indonesia, namun Liam dan Minh masih belum mengetahui apakah hal tersebut akan memberikan pengaruh bagi mereka di masa depan, seperti untuk bekerja di Indonesia. Menurut Liam, ia masih harus mengembangkan kemampuan berbahasanya untuk diterima bekerja di Indonesia. Sedangkan Minh berpendapat bahwa tidak harus bekerja di Indonesia untuk bisa melanjutkan kerjasama antar dua negara ini.
Ke depannya, Liam dan Minh masih akan menyapa Indonesia melalui virtual tour di Melbourne yang mereka pandu, dan kembali digelar oleh Travelxism pada tanggal 10 Desember 2020.
AIYEP merupakan salah satu program kerjasama antara Indonesia dan Australia setiap tahun dengan pertukaran pelajar selama dua bulan, untuk memberikan kesempatan kepada pelajar Indonesia dan Australia saling memahami kebudayaan antar negara. Namun karena Covid-19 yang sampai saat ini masih melanda berbagai negara di dunia termasuk Indonesia dan Australia, hal tersebut tidak bisa dilakukan secara langsung. Melalui webinar dan virtual tour yang diadakan oleh Travelxism ini salah satunya, diharapkan kesempatan untuk saling memahami dan berbagi cerita antarbudaya Indonesia dan Australia tetap langgeng. (Vinia/Antok Wesman-Impessa.id)