Ekonomi-Bisnis

Borobudur Virtual Tour, Komitmen Travelxism Kembangkan Sustainable Tourism

Borobudur Virtual Tour, Komitmen Travelxism Kembangkan Sustainable Tourism

Borobudur Virtual Tour, Komitmen Travelxism Kembangkan Sustainable Tourism

Impessa.id, Yogyakarta: Travelxism, sebuah startup yang berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism, menggelar virtual tour dengan tajuk “International Tour and Webinar to The Magnificent Temple of Borobudur” pada Rabu pagi (16/09/20) melalui aplikasi zoom dan diikuti oleh sekitar 100 peserta.

Adapun topik yang menjadi pembahasan adalah ‘Digital Technology and Artificial Intelligence to Support Sustainable Development Goals in The Borobudur Tourism Area’ atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan di area Borobudur. Agenda itu merupakan bagian dari International Conference of Computer and Engineering -IC2IE.

Hadir sebagai narasumber yakni Direktur Pemasaran Badan Otorita Borobudur Agus Rochiyardi MM, dan Akademisi Bidang Pariwisata Desideria C W Murti PhD. Virtual tour di area Candi Borobudur dipandu oleh CEO Travelxism Gilang Ahmad Fauzi MDs. Seluruh sesi kegiatan digelar dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Pada agenda yang digelar, Agus Rochiyardi menuturkan bahwa adanya teknologi semakin memudahkan manusia untuk melaksanakan kegiatan. Menurutnya, pengembangan Borobudur dan Kawasan di sekitarnya, ke depannya tentunya tak akan bisa lepas dari teknologi. Hadirnya teknologi pada destinasi wisata membuka ruang baru untuk kegiatan promosi dan preservasi. 

Agus Rochiyardi lebih lanjut mengatakan bahwa Borobudur sebagai Candi Buddha terbesar di Asia Tenggara, adalah sebuah objek yang memiliki daya tarik wisata yang sangat kuat. Borobudur telah menjadi brand, yang dapat dikatakan menjadi top of mind bagi siapapun yang berwisata di area Jogja-Magelang. “Dengan adanya peranan teknologi informasi, saya yakin, pengembangan Kawasan Borubudur akan jauh lebih cepat,” jelasnya.

Di sisi lain, agenda virtual tour digelar selain dengan berbekal google maps atau aplikasi daring lain, juga disiarkan secara langsung dari area Candi Borobudur. Gilang Ahmad Fauzi selaku pemandu tour mengatakan bahwa dalam sebuah virtual tour, yang penting adalah pengalaman dari pengunjung virtual. “Kami berupaya untuk menghadirkan sense, agar peserta virtual tour benar-benar dapat merasakan seolah mereka sedang berada di Candi Borobudur. Berbeda dengan jika hanya menggunakan aplikasi saja,” jelasnya.

Gilang menambahkan, “Pada virtual tour kita tunjukkan sudut-sudut tertentu di area Borobudur yang masih dapat dikembangkan secara maksimal lewat teknologi. Mislanya di area screening pengunjung, di area ticketing, dan kantor Tourism Information Centre. Dapat juga menggunakan skema Artificial Intelligence yang seolah menjadi guide secara virtual. Papan penunjuk jalan ataupun papan penunjuk objek tertentu, dapat dilengkapi dengan barcode yang berisi cerita atau penjelasan objek bersangkutan,” ujarnya.

Di sisi lain, Ketua Panitia IC2IE Dewi Liliana mengatakan bahwa agenda webinar tersebut diharapkan dapat memperkenalkan Indonesia kepada dunia. “Agar mereka tahu bahwa Indonesia bukan hanya Bali. City tour juga sebenarnya merupakan bagian dari konferensi kami, namun ternyata ada wabah, sehingga metode city tour harus disesuaikan. Dengan adanya kolaborasi bersama Travelxism, city tour tetap dapat terlaksana dengan baik tanpa mengurangi esensi yang diharapkan,” jelasnya.

Desideria C.W Murti mengutarakan bahwa adanya pandemi Covid-19 membuat banyak hal harus berubah. “Dalam menghadapi situasi akibat wabah yang belum diketahui kapan berakhirnya, kita semua harus punya sifat agile atau harus dapat fleksibel menyesuaikan diri. Demikian halnya yang terjadi di dunia pariwisata. Pandemi membuat kita harus berpikir untuk tetap bertahan, harus mengedepankan yang namanya resillience, dan harus bisa lebih kreatif ketika menyusun agenda atau rencana kerja. Dan jangan lupa, semakin banyak kita berkolaborasi, akan semakin besar terbukanya pintu-pintu peluang,” tuturnya.

Desideria menambahkan bahwa Virtual Tour Travelxism diharapkan juga dapat menjadi sebuah piloting project bagi insan pariwisata yang lain untuk bisa mengesplorasi ide dengan lebih luas. “Kaitannya dengan agenda wisata yang biasanya digelar secara offline ya. Pelaku pariwisata, penyelenggara kegiatan ataupun seminar, mungkin bisa menjadikan acara ini sebagai referensi dalam pengembangan dan promosi destinasi wisata secara virtual,” tambahnya.

Ujaran tersebut, diamini oleh Gilang Ahmad Fauzi. “Semoga agenda virtual ini akan dapat terlaksana di destinasi wisata lainnya. Selain sebagai penggambaran, kami juga berharap bisa memberikan nilai tambah bagi destinasi wisata yang bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat akan semakin mengerti dan mengetahui. Kolaborasi dari berbagai pihak juga semoga dapat terbuka sedikit demi sedikit dan bisa kembali meningkatkan geliat pariwisata pascapandemi,” tutupnya. (Humas Travelxism/Antok Wesman-Impessa.id)