Event

UMY dan UGM Berkolaborasi dengan Herriot-Watt University Teliti Permasalahan Covid-19 di Indonesia

UMY dan UGM Berkolaborasi dengan Herriot-Watt University Teliti Permasalahan Covid-19 di Indonesia

UMY dan UGM Berkolaborasi dengan Herriot-Watt University Teliti Permasalahan Covid-19 di Indonesia

Impessa.id, Yogyakarta: Pandemi Covid-19 yang bermula di Wuhan telah menjadi ancaman serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah pasien mendorong tim peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta -UMY dan Universitas Gadjah Mada -UGM, untuk melakukan joint research (penelitian bersama/gabungan) dengan the Global Challenge Research Fund -GCRF, Heriot-Watt University.

Penelitian gabungan dipimpin oleh Profesor Arnab Bhattacharjee dan Ketua Economics Fellow, National Institute of Economic & Social Research, Heriot-Watt University, universitas riset publik yang berbasis di Edinburgh, Skotlandia,.menganalisa perilaku masyarakat dan kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia.

Sisi kuantitatif penelitian dikaji menggunakan Epidemic Preparedness Index (Indeks Kesiapsiagaan Pandemi). Selanjutnya, penelitian juga menggunakan analisis model COM-B yang menitikberatkan pada kajian perubahan perilaku masyarakat saat pandemi.

Secara kuantitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan saat memasuki musim mudik lebaran. Jumlah kasus pun semakin meningkat ketika memasuki era New Normal atau “New Adaptation of Habits” yang disertai dengan mengendurnya kebijakan pemerintah.

Novat Pugo Sambodo MIDEC, peneliti dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan -KPMAK UGM, menyatakan bahwa selama pandemi berlangsung, Indeks Kesiapsiagaan Pandemi (EPI) di setiap provinsi digunakan untuk menunjukkan tingkat kesiapan setiap daerah dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Hasil dari Indeks Kesiapsiagaan Pandemi (EPI) yang berkaitan dengan Tingkat Kematian (CFR) dan Tingkat Kesembuhan (RR) tidak bisa dijadikan tolak ukur meningkatnya kematian dan jumlah kasus positif. Oleh karena itu, kami berencana untuk meningkatkan perhitungan CFR dan RR berdasarkan pertimbangan tambahan yang belum dicakup oleh perkiraan saat ini,” jelasnya dalam zoom meeting yang dilaksanakan oleh UMY dan UGM pada Kamis (19/8/20).

Berdasarkan triad epidemiologi, selain faktor lingkungan yang didukung oleh infrastruktur kesehatan masyarakat, perilaku masyarakat juga mempengaruhi meningkatnya kasus positif. “Untuk mengurangi penyebaran virus, mengubah perilaku sebagai bentuk kesadaran bermasyarakat sangatlah penting,” imbuh Novat Pugo Sambodo.

WHO menyatakan bahwa virus Corona selain menular melalui droplet saat bersin, batuk atau berbicara tanpa menggunakan masker, tetapi juga melalui udara. Tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah adalah menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, terus meningkatkan kesadaran masyarakat. Protokol kesehatan diringkas menjadi 3M, yaitu Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak. Membatasi Mobilitas dan mematuhi protokol kesehatan di tempat umum sangat penting untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hasil penelitian berupa ringkasan kebijakan dan iklan layanan masyarakat, yang disajikan dalam audio visual dan infografis sebagai peringatan bagi masyarakat,” ungkap Dyah Titis Kusuma Wardani MIDEC, peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY.

Dr Rakhmat Ari Wibowo MSc (peneliti FK-KMK UGM) mengatakan peningkatan kasus penularan diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang penularan Covid-19 dan maraknya berita palsu mengenai Covid-19.

“Faktor lingkungan, pengaruh sosial, kebijakan pemerintah daerah, motif agama, peluang ekonomi, dan faktor sosial budaya dan pilihan pribadi dapat menjadi penyebab atau penghambat perilaku preventif. Namun temuan kualitatif ini baru dianalisa oleh satu orang peneliti, sehingga masih ada kemungkinan subyektifitas. Kami akan terus menganalisa hasil kualitatif dari dua orang peneliti secara mandiri untuk mengurangi kemungkinan subyektifitas, lalu hasilnya akan kami terbitkan secepatnya," ungkapnya.

Hasil penelitian bisa menjadi kesadaran pemerintah untuk merancang kebijakan yang tepat, seperti yang disarankan oleh Romi Bhakti Hartarto MEc, peneliti dari Program Studi Ekonomi UMY yang juga Ketua Penyelidik (Co-PI) dari Heriot-Watt University. “Harapan kami dengan bekerja bersama-sama, penyebaran pandemi Covid-19 dapat dihentikan,” tutur Romi Bhakti Hartarto. (Hbb BHP UMY/Antok Wesman-Impessa.id)