Kuliah On-Line, Pentingnya Bisnis Model Sebelum Merealisasikan Inisiatif Wirausaha Sosial

Nanang Chalid, Vice President People at Tokopedia, saat memberikan kuliah On-Line kepada mahasiswa Fisipol UGM, tentang Pentingnya Bisnis Model Sebelum Merealisasikan Inisiatif Wirausaha Sosial
Impessa.id, Yogyakarta : Nanang Chalid, Vice President, People at Tokopedia, Sabtu siang (28/3//2020) pukul 10.00-11.30 WIB, membagikan tips bagaimana memulai Wirausaha Sosial atau Start-Up di Indonesia, pada sesi On-Line, kuliah Kewirausahaan Sosial yang diselenggarakan oleh Departemen Politik dan Pemerintahan, Fisipol Universitas Gadjah Mada -UGM Yogyakarta.
Kuliah Kewirausahaan Sosial adalah inisiatif Prof Pratikno, Mensesneg sekaligus dosen Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Kuliah ini sejak awal memanfaatkan teknologi dokumentasi dan live streaming online. Di tengah wabah Covid-19, kuliah tetap berjalan, semua tim sudah bersiap dan adaptif dengan teknologi. Siang itu sesi Nanang diikuti lebih dari lima puluh peserta, streaming maupun yang menyimak siaran ulang setelah kuliah selesai. Tema sesi Nanang adalah “Pentingnya Membangun Organisasi Dalam Dunia Start-Up dan Wirausaha Sosial”.
Nanang diundang mengisi seri ke-tujuh Kuliah Kewirausahaan Sosial sebab kepakaran dan pengalamannya sebagai praktisi. Ia merintis karir profesional dalam bidang human resource dan management sejak bergabung dengan Unilever 2005-2019. Empat belas tahun bergabung dengan Unilever dan pada 2019 sampai kini memutuskan bergabung dengan Tokopedia.
Bisnis Model Adalah Kunci
Sebelum memulai membangun Start-Up atau Wirausaha Sosial, bisnis model harus dirumuskan sedetail mungkin, “Bisnis model adalah kunci utama untuk membuat investor tertarik dengan ide kita,” ungkap Nanang Chalid. Bisnis model akan memandu langkah kerja dan diterjemahkan dalam prinsip pembangunan organisasi, termasuk menentukan kebijakan merekrut partner atau karyawan.
Menurutnya, bisnis model yang ideal harus memiliki durasi panjang, jangan membuat bisnis model hanya untuk satu atau dua tahun kedepan. “Minimal bayangkan bisnis model, relevan untuk lima sampai sepuluh tahun kedepan” Tegas Nanang kepada peserta kuliah.
Dalam kesempatan itu, Ruli Satriya, salah satu peserta kuliah menanyakan jika bisnis model sudah mendapatkan investor tetapi ternyata bayangan investor tidak begitu sesuai dengan bisnis model yang kita buat di awal, bagaimana solusinya? “Jangan tutup mata dan telinga, dengarkan partner investor, sebab mereka memiliki pengetahuan, dan pengalaman lebih banyak dari yang kita punya,” jawab Nanang.
Nanang juga menjelaskan, ketika membuat bisnis model jangan lupa terlebih dahulu membangun ekosistem jaringan dan menetapkan role model start-up dan wirausaha sosial yang sesuai dengan ide yang dimiliki. Dicontohkan, Tokopedia sukses karena banyak belajar dari Ali Baba tata-cara membangun e-commerce untuk menciptakan peluang ekonomi di Indonesia.
“Kalau bisnis modelmu belum benar, jangan bikin organisasi. Apalagi kalau terlanjur sudah ada investor yang meminta untuk growth. Banyak kasus, tim kecil terlanjur bikin organisasi tanpa memikirkan bisnis model secara matang, biasanya harus membangun ulang,” jelas Nanang Chalid, mengakhiri sesi tanya-jawab dengan para peserta. (Danang Tri Prastiyo/Antok Wesman-Impessa.id)