Sastra Bulan Purnama Tembi-Sewon, Luncurkan Kumpulan Puisi Berjudul Batu Ibu, Karya Warih Wisatsana
Impessa.id, Yogyakarta : Kumpulan Puisi berjudul “Batu Ibu” karya Warih Wisatsana, yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia -KPG, diluncurkan di Sastra Bulan Purnama edisi 102, Senin, 9 Maret 2020, pukul 19.30 WIB, di Tembi Rumah Budaya Jalan Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Warih Wisatsana adalah penyair yang kini tinggal di Bali, dan sehari-harinya di Bentara Budaya Bali. Puisi-puisinya diterjemahkan kedalam bahasa Belanda, Jerman, Inggris, Portugal dan Perancis. Buku puisi lainnya yang sudah terbit “Ikan Terbang Tak Berkawan” Penerbit buku Kompas, 2003, dan “May Fire and Other Poems” penerbit Lontar, 2015.
Selain Warih Wisatsana, tampil beberapa pembaca puisi, yang memiliki profesi lain, dan sudah terbiasa tampil di panggung, dan juga beberapa kali tampil di Sastra Bulan Purnama, Pritt Timothy misalnya, selain dikenal sebagai penyiar radio sejak tahun pertengahan 1970-an, dia juga dikenal sebagai pemain film, dan main dalam sejumlah film Indonesia di antaranya, “Marsinah”, “Anne Van Jogja”, “Gong”, “Drupadi”, “Preman In Love”, “Roman Picisan”, “Sang Kyai”, “Negeri 5 Menara” dan “AADC 2”.
Pembaca lain seorang dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Nurul Indarti, sudah beberapa kali tampil membaca puisi di Sastra Bulan Purnama. Pembaca yang lain, Ni Made Purnamasari, yang sehari-harinya menjadi kepala Bentara Budaya Yogyakarta. Selain itu tampil para pembaca lain, Aurelia Theresia Whydharti, Rita Ratnawulan Genitta, Yuli Rukmini, Daniella dan Kentik. Joshua Igho, penyair dari Magelang mengubah puisi karya Warih Wisatsana menjadi lagu.
Dalam peluncuran buku puisi tersebut, puisi Warih yang berjudul ‘City Solitude’ yang sudah dibuat dalam bentuk dance poetry video oleh Vanesa Martida, berdurasi tiga menit, diputar untuk mengawali Sastra Bulan Purnama edisi 102. Wisnu Dermawan, koreografer yang sedang menempuh studi S2 di ISI Yogyakarta, mengkreasi puisi Warih, yang berjudul “Kaki Candi” dalam bentuk tarian, dengan penata musik Ahmad Nurkholik, pemusik Ricky O. Hermansyah, dengan dua penari Muhlis dan Marentine.
Para pembaca puisi karya Warih, yang sudah memilih judul puisi untuk dibacakan, Nurul Indarti membaca puisi berjudul “Amsal Sebuah Patung”, Aurelia membacakan puisi “Kaki Candi”, Daniella, Duta Museum membacakan puisi berjudul “Memorabilia”. Para pembaca yang lain, membacakan puisi dalam judul yang berbeda dan diambilkan dari buku puisi ‘Batu Ibu’.
Selama ini, Sastra Bulan Purnama menampilkan penyair dari berbagai kota, dan mereka selalu meluncurkan antologi puisi karyanya sendiri. Tidak jarang, antologi puisi bersama dari sejumlah penyair yang berasal dari kota-kota yang berbeda juga meluncurkan antologi puisi bersama.
“Namun, tidak hanya puisi yang dibacakan dan diluncurkan di Sastra Bulan Purnama, buku kumpulan cerpen, seperti bulan Februari 2020 beberapa perempuan cerpenis yang menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul ‘Firdaus yang hilang’ juga diluncurkan di Sastra Bulan Purnama”, ujar Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama.
Sejak diselenggarakan pertamakali Oktober 2011, Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan setiap bulan, telah menampilkan puluhan penyair dari berbagai kota, dan dari usia yang berbeda-beda. Serta telah menerbitkan beberapa antologi puisi bersama. “Anggap saja, Sastra Bulan Purnama adalah satu ruang untuk menampilkan karya sastra dalam bentuk pertunjukkan, apapun penafsiran terhadap karya sastra itu, boleh dibacakan, dimusikalisasikan, dibuat dalam bentuk film, diolah menjadi satu drama. Pendeknya, bagaimana karya sastra dipertunjukkan”, ujar Ons Untoro. (Ons/Antok Wesman-Impessa.id)