Feature

Sapaan Mas dan Mbak, Tetap Mengakrabkan Anggota Paguyuban Pensiunan RRI Jogja

Sapaan Mas dan Mbak, Tetap Mengakrabkan Anggota Paguyuban Pensiunan RRI Jogja

Sapaan Mas dan Mbak, Tetap Mengakrabkan Anggota Paguyuban Pensiunan RRI Jogja

Impessa.id, Yogyakarta : Panggilan Mas untuk pegawai pria dan Mbak untuk pegawai perempuan di lingkup RRI Yogyakarta pada tiga-empat dekade terakhir, menjadikan tiada jarak diantara karyawan, baik itu yang sebagai atasan maupun bawahan, maka sapaan Mas dan Mbak diantara mereka itu tenyata berlangsung hingga di masa purnatugas.

Nampaknya sederhana, hanya sapaan, namun ternyata efeknya panjang, sampai kini, angkasawan-angkasawati RRI Jogja masih saling menyapa dengan sebutan Mas dan Mbak, meski usia terpaut jauh. Itu fakta keakraban yang dirasakan seluruh anggota Paguyuban Pensiunan RRI Yogyakarta, saat menghadiri pertemuan kangen-kangenan silaturahmi di Balai RT 4 Perumahan Gunungsempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Selasa (17/12/19) dengan tuan rumah dari Kelompok V.

Tercatat ada 72 anggota Paguyuban Pensiunan RRI Yogyakarta yang menghadiri pertemuan dua bulanan itu, yang berlangsung sejak Juli 2003. Koordinator pertama ialah Duryat Subekti, kemudian FX Triwyono Gunawan dan saat ini untuk periode hingga 2021 dipegang oleh Saryono. Meski mereka adalah para pensiunan namun mereka pun mengecap perkembangan IT, informasi agenda kegiatan disebar melalui Grup WA.

Persaudaraan erat diantara karyawan RRI Yogyakarta itu diakui salah seorang pensiunan Duryat Subekti saat dikonfirmasi Impessa.id disela-sela pertemuan PP RRI Yogyakarta Istimewa tersebut, “Jangan sampai kita ini setelah pensiun lantas putus hubungan silaturahmi dengan teman-teman yang kita tahu bahwa persaudaraan di RRI itu luar biasa, sangat rukun, sangat enjoylah saat kita kerja itu, nah jangan sampai itu hilang setelah kita pensiun, kita tercerai-berai, oleh karena itulah kita mencoba untuk mengumpulkan kembali melalui wadah ini,” ujarnya.

Ajeng Sumantri selaku admin grup PP RRI Yogyakarta Istimewa, kepada Impessa.id mengungkapkan, “Alhamdulillah sampai kangen banget kalau nunggu sampai dua bulan itu rasanya kog lama ya nggak ketemu pensiunan lain, apalagi sekarang nambah-nambah, jumlahnya makin banyak, makin menyenangkan dan adanya dana social itu besarnya sukarela untuk membantu sesama pensiunan yang sedang kesusahan, yang sedang sakit, karena didalam peguyuban aksi sosial itu suatu keharusan, ungkap Ajeng.

Martoyo juga mengakui bahwa sapaan Mas dan Mbak di RRI Jogja mampu membuat keakraban,  “Alhamdulillah, di usia yang lumayan senja ini kini waktunya untuk bersilaturahmi, karena perjalanan rata-rata teman-teman ini 30 tahun lebih dengan suka-duka yang ada, maka kalau bisa bertemu, itu bisa me-refresh kenangan-kenangan masa lalu untuk dibawa sekarang, diaktualisasikan, sehingga menjadi semangat kembali. Jangan sampai pensiun itu pupus segala-galanya, justru diusia pensiun, disaat pensiun itulah yang dulu-dulu sibuk dengan kedinasan, yang tidak sempat untuk bersilaturahmi, untuk berkomunikasi, kini waktunya untuk bertemu kembali. Kelebihan teman-teman di PP RRI ini kita sudah melupakan semua kedudukan sewaktu dinas, tetapi profesi sebagai angkasawan RRI lah yang melekat. Dan di RRI kelebihannya yaitu komunikasinya secara akrab menyebut Mas dan Mbak, sehingga tidak ada gap,” akunya kepada Impessa.id.

Marsidah, pemain drama tradisional ternama, hadir pula dalam pertemuan tersebut, dan kepada Impessa.id menuturkan bahwa pertemuan PP RRI Yogyakarta memang bikin kangen, “Manfaatnya kalau ketemu temen-temen itu anane mung guyon, kadang-kadang kita lepas karo gaweyan, kadang-kadang kita perlu to melepaskan diri gak terikat nyambut gawe, kita anane ngguya-ngguyu, katanya biar awet enom dan seneng lah, saya kira saya le manteb ya karena ketemu pensiunan, ketemu konco-konco lawas, kita mengingatkan dulu juga, biyen nyambut gawe seneng juga, anane mung seneng, lha sekarang tambah lagi seneng, itu nek saya…ternyata teman-teman yang lain juga gitu, nyatane do merloke kan… sesuk ana pertemuan PP RRI tanggal sekian, wis da diantu-antu..do nge-share nge-share gitu, sekarang kan komunikasi gampang..memang temen-temen yang sekarang ini memang meniatkan diri untuk saling ketemu, kadang-kadang kita sharing gitulah, ya jenenge menungso kadang-kadang nemu lelakon yang kalau kita perbincangkan dengan teman ada jalan keluar sing lebih kena,” tutur Marsidah.

Sedangkan Maria Kadarsih, yang masih aktif di Radio Edukasi dan Mengajar Bahasa Jawa di Tembi, menyatakan bahwa melalui pertemuan, semua anggota bisa happy, “Inikan paguyuban, yang penting mereka semuanya happy, jadi disini gak ada jarak antara mantan Kepsta dengan Pesuruh, semua diperlakukan sama, maka kami memangglnya Mas dan Mbak, masa-masa tua itu kan masa-masa sudah selesai beban tugas, tapi tetep menjaga silaturahmi, jangan sampai suatu ketika kita gak tahu temen kita sudah gak ada mencari rumahnya lho ini sudah meninggal, jadi kami berkumpul untuk bersenang-senang, menjalin silaturahmi, kegiatan berikutnya menjenguk yang sakit, kemudian kita piknik dan menyanyi, maka lagu-lagunya disini kami mementingkan nyanyi bersama, supaya semua menyanyi, karena kalau menyanyi satu-satu, biasanya cuma itu-itu saja, disini yang tidak biasa menyanyi kami ajak menyanyi. Lagu-lagunya diantaranya, Indonesia Pusaka, Tanah Airku, Mars PP RRI karya saya, yang berisi pesan tingkatkan taqwa dan jaga kesehatan,” jelas Maria Kadarsih. (Antok Wesman-Impessa.id)