Feature

Tradisi Srawung Hidup Di Kampung Rejowinangun, Gedong Kuning, Yogyakarta

Tradisi Srawung Hidup Di Kampung Rejowinangun, Gedong Kuning, Yogyakarta

Tradisi Srawung Hidup Di Kampung Rejowinangun, Gedong Kuning, Yogyakarta

Kampung Srawung RW 5, ajang Srawung berkumpul jadi satu, tepa-slira saling mengenal satu sama lain.

Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia : Untuk membangun aura kebersamaan diantara warga yang beragam, heterogen, beberapa warga setempat dipimpin Ketua RW 5 Nuseno Sanjibarta, yang akrab disapa Seno. Mencoba menggerakkan masyarakat untuk Srawung, merukunkan warga di 6 RT dengan setiap RT nya terdapat kira-kira 50 Kepala Keluarga, sehingga ada sekitar 300 KK dan jika diperkirakan setiap KK ada 5 orang, maka jumlah penduduk di RW 5 ada 1500 jiwa.

Berawal dari penduduk yang mulai berdatangan, bermukim membangun rumah di setiap RT di wilayah RW 5, kebanyakan pendatang dari luar jogja bahkan juga dari luar Jawa, yang tidak saling mengenal, karena kesibukan kerja masing-masing, sehingga muncul pemikiran untuk membuat ajang guna mengumpulkan semua warga, baik penduduk aseli maupun warga baru, agar saling mengenal, maka terwujudlah event bernama Kampung Srawung dan di tahun 2019 sudah berlangsung untuk yang ke-lima kalinya.

Ketua Panitia Ryan Trijatmiko, kepada wartawan menuturkan, “Memang di setiap RT itu ada pertemuan rutin, namun hanya di masing-masing RT saja, sehingga penduduk diantara RT satu dengan RT yang lain tidak saling kenal, padahal dalam satu RW, ini yang menjadi keprihatinan kami semula dan melalui Kampung Srawung secara outdoor, secara terbuka ini diharapkan permasalahan itu dapat teratasi,” ujarnya.

Dirasa sudah mapan dan semakin berkualitas maka pihak panitia berani mengundang wartawan untuk meng-ekspos kegiatan swadaya, swadana yang mereka helat tersebut. Peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, mereka jadikan momentum untuk secara rutin menggelar Kampung Srawung, dan di gelaran ke-lima, Kampung Srawung berlangsung dua hari, Sabtu-Minggu, 2-3 November 2019, di area lahan kosong bekas persawahan yang secara gotong-royong disulap menjadi lapangan sebagai arena Srawungan seluruh warga RW 5.

Suasana senja jelang malam pemandangan semakin elok, tata-cahaya dipadu langit mendung menjadikan arena terbuka Kampung Srawung membuat decak kagum, bak lukisan alam nan indah. Hidangan lezat siap santap tersaji ditepian lapangan, kursi-kursi tertata dipenuhi warga yang menyaksikan tontonan di atas panggung. Hiburan murah meriah dari warga untuk warga dan tradisi Srawung kini hidup di RW 5 Kampung Rejowinangun, Gedong Kuning, Yogyakarta, Indonesia.

Bermacam atraksi ditampilkan diperhelatan Kampung Srawung, mulai dari Pawai Seni-Budaya keliling Kampung. Pentas Kesenian dari anak-anak, remaja hingga orang-tua, antara lain berupa tari-tarian dari Sanggar setempat, paduan suara Ibu-ibu dan band anak muda. Potensi yang dimiliki warga se RW 5 cukup menjanjikan, bahkan di perhelatan Kampung Srawung yang ke-lima, barang-barang limbah mereka olah menjadi sesuatu yang bermanfaat, semisal Ban Mobil bekas dirubah menjadi Kursi, Besek bekas mereka jadikan Kap Lampu, Daun Pisang Kering disulap menjadi penghias jalan, kemudian bekerjasama dengan Perguruan Tinggi membuat Karangkitri, kebun tanaman sayuran dan Jamu.

Semua penduduk RW 5 yang tumpah ruah di arena menikmati beragam hiburan sambil menyantap hidangan Shodaqoh Tonggo, olahan kuliner berkualitas dari 32 kelompok yang tertata di 32 stand di sekeliling arena, untuk disantap bareng-bareng oleh semua yang hadir malam itu, secara gratis, dalam acara Kembul Bujono. (Abdul Coday/Antok Wesman-Impessa.id)