Feature

Pawai Budaya Wayang Kapi-Kapi, Unik, Penuh Kreativitas

Pawai Budaya Wayang Kapi-Kapi, Unik, Penuh Kreativitas

Pawai Budaya Wayang Kapi-Kapi, Unik, Penuh Kreativitas

Impessa.id, Yogyakarta : Jogja Wayang Night Carnival 2019 mendapat sambutan meriah dari masyarakat yang memenuhi kedua sisi di sepanjang rute yang dilalui, mulai dari Jalanan didepan Museum Sandi Kotabaru, berderet di Jembatan Gondolayu dan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman hingga kawsan Tugu Pal Putih, memasuki jalan Margo Utomo, ex jalan Mangkubumi, tempat panggung peresmian pembukaan karnaval oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam sambutan pembukaan Pawai Budaya Wayang Jogja Night Carnival merayakan HUT Ke-263 Kota Yogyakarta, Senin (7/10/19), Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hamengku Buwono X mengatakan, Yogyakarta adalah rumah bagi seluruh bangsa Indonesia, sehingga layak disebut sebagai miniatur-nya Indonesia. “Kebhinekaan bagi Yogyakarta adalah tradisi. Di Yogyakarta, Kraton, Kampung dan Kampus bisa mensinergikan potensi masyarakat dalam jalinan yang harmonis dan menyejahterakan. Sinergitas antara pengemban amanah budaya, masyarakat dan kaum intelektual bisa terjadi dengan cair, dimana saja dan kapan saja, tanpa memerlukan sebuah rekayasa sosial. Hal ini mengejawantahkan sintesa Golong Gilig, meleburnya nilai kesatuan antara pemimpin dengan rakyatnya, juga sinergitas antar elemen masyarakat, dan harmonisasi antar golongan yang terjadi secara alami. Dalam usianya yang tidak lagi muda, Kota Yogyakarta diharapkan akan selalu berkembang sebagai Kota Pelajar, Kota Budaya, sekaligus Kota Wisata,” ungkap Gubernur DIY.

Dikatakan, sebagai sebuah Kota Pelajar, Yogyakarta diharapkan mampu menjadi sebuah entitas yang mampu memberikan fasilitas pembelajaran formal maupun informal, sekaligus menjadi bahtera pembelajaran sejatinya hidup bagi segenap warganya. “Inilah sejatinya belajar sepanjang hayat, lifelong learning yang akan membawa setiap manusia mencapai kesejahteraan jasmani dan rohani dalam berbagai bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Mewujudkan Kota Pelajar yang sesungguhnya memang cukup berat, karena insiden dan gesekan antar pelajar masih sering terjadi di Yogyakarta. Tentu menjadi tugas kita bersama untuk bersinergi dalam menanamkan konsep saling memanusiakan manusia melalui keluhuran budaya, dalam kehidupan sehari-hari. Semaikan budaya adiluhung, sebagai role model komunikasi dan pergaulan yang berkeadaban dan santun,” tutur Sultan Hamengku Buwono X.

“Sebagai Kota Budaya, Yogyakarta jelas memiliki potensi untuk itu. Seperti yang dilantunkan Jogja Hiphop Foundatioan dalam salah satu liriknya……”We are from Jogja, the heart of Java”. Tak dapat disangkal lagi, Yogyakarta adalah jantungnya peradaban Jawa, melalui aneka ragam budaya yang lahir atas eksistensi institusi kebudayaan seperti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman, maupun yang lahir dari olah cipta, rasa dan karsa masyarakat. Besar harapan saya, Yogyakarta akan mencapai tataran sejahtera dari olah budaya, implementasi nilai-nilai budaya dan sastra yang lahir dari rahim peradaban Jawa nan agung ini. Tentu dalam Segoro Amarto-- Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarto dan tercermin dalam spirit Kemandirian, Kedisiplinan, Kepedulian dan Kebersamaan,” imbuh Sultan .

Lebih lanjut Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, “Sebagai kota wisata, Yogyakarta telah terbukti menjadi destinasi wisata yang kondang kaloka selama ini. Persaingan dunia wisata memanglah semakin berat dan kompetitif. Setiap daerah berusaha mengoptimalkan potensi wisata yang dimilikinya, melalui pembangunan fisik maupun non fisik. Khusus Yogyakarta, perlu saya tekankan bahwa wisata adalah tentang rasa dalam hospitality. Aspek sumber daya manusia akan menjadi pembeda yang siginifkan. Jagalah selalu keramahan dan untaian senyum bagi setiap orang, niscaya Yogyakarta akan menjadi sebuah destinasi wisata yang berbeda dan berkesan di hati. Simaklah salah satu bait lagu Kla Project yang berjudul Yogyakarta.

 “ Pulang ke kotamu…..   Ada setangkup haru dalam rindu….   Masih seperti dulu….   Tiap sudut menyapaku bersahabat…..   penuh selaksa makna …….”

Betapa setiap sudut Yogyakarta yang bersahabat mampu menimbulkan romansa rindu, tentu untuk kembali ke Yogyakarta.

Diakhir sambutan, Gubernur DIY mengajak seluruh warga untuk mensyukuri karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa. “Marilah kita bersama-sama mensyukuri dirgahayu kota yang kita cintai ini. Syukuri melalui wujud doa tulus dan perbuatan-perbuatan baik, dalam mewujudkan Yogyakarta “BERHATI NYAMAN”, dimana definisi NYAMAN dapat diaktualisasikan melalui filosofi-filosofi berikut:

Ngelmu iku kelakone kanthi laku-- Selalu belajar dan tanggap terhadap perubahan, learning by doing.

Yitna Yuwana, Lena Kena—Waspada dan siaga dalam setiap kondisi.

Aja mbedakake marang sapadha-padha— Tidak membeda-bedakan manusia, menerapkan toleransi dalam kehidupan.

Mulat salira, hangrasa wani—hati-hati dalam berpikir dan berbuat demi kemaslahatan masyarakat.

Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana-- Menjaga kepantasan berperilaku .

Nguri-nguri kabudayan—Melestarikan budaya sebagai warisan adiluhung dari leluhur.

Jogja Wayang Night Carnival ke-4 menampilkan 14 Wayang Kapi-Kapi oleh 14 Kecamatan se Kota Yogyakarta, berikut penjelasan singkat mengenai ke-14 Wayang Kapi-Kapi tersebut;

1. Wayang Kapi Kingkin, yang memiliki bentuk perpaduan antara kepiting dan kera. Merupakan ciptaan Sang Hyang Baruna (Dewa Ikan), ia memiliki andil besar dalam menyelamatkan proses pembangunan jembatan menuju Negara Ngalengka.

2. Wayang Jaya Harima atau Wayang Kapi Harima, yang memiliki badan dan ekor kera serta berkepala harimau. Merupakan satu di antara bala tentara Pancawati pimpinan Prabu Ramawijaya, ia memiliki kecekatan dan kekuatan yang disegani oleh bala tentara Ngalengka.

3. Wayang Kapi Wraha, yang berbadan kera serta berkepala babi hutan. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari bala tentara Pancawati.

4. Wayang Kapi Warjita atau Kapi Wercita atau Cacingkanil, yang berbadan era serta berkepala dan ekor melilit seperti cacing. Ia juga merupakan satu di antara bala tentara Pancawati di bawah kepemimpinan Prabu Ramawijaya.

5. Wayang Kapi Jaya Anala atau Kapi Anggeni, yang badan, wajah dan ekornya seperti kera, namun rambutnya menyerupai api yang menyala. Merupakan satu di antara bala tentara Pancawati, ia adalah seekor kera ciptaan Bathara Brama.

6. Wayang Kapi Satabali, yang berbadan kera namun memiliki ekor dan kepala ayam. Merupakan satu di antara bala tentara Pancawati, ia bertugas menjaga pesanggrahan Swelagiri, yakni tempat Prabu Ramawijaya berdiam selama peperangan melawan bala tentara Prabu Dasamuka.

7. Wayang Kapi Liman Dhesthi, memiliki badan perpaduan gajah dan kera. Bala tentara Pancawati ini berperan penting saat pengeroyokan Raden Kumbakarna.

8. Wayang Kapi Premujabahu atau Kapi Permujabahu yang berperan mencari sebuah bunga pusaka Kembang Dewa Retna yang berada di Kahyangan Jajarlumintu.

9. Wayang Kapu Sembawa, memiliki badan dan ekor kera serta kepala singa. Ia bertugas sebagai prajurit yang memberi semangat berperang pada para prajurit kera.

10. Wayang Kapi Cocak Rawun, yang badannya merupakan perpaduan dari burung dan kera. Sebagai bala tentara Pancawati, ia memiliki keahlian terbang dengan sangat tinggi sehingga dapat mengetahui pergerakan musuh.

11. Wayang Kapi Endrajanu, yang berbadan dan berekor kera serta berkepala kerbau. Bala tentara Pancawati ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan dikenal sangat rajin serta patuh pada atasan.

12. Wayang Kapi Widagsi yang memiliki badan kera dan kepala badak. Badan yang besar serta bertenaga kuat membuat ia menjadi satu di antara prajurit andalan Negara Pancawati.

13. Wayang Kapi Jaya Arina, yang berbadan dan berekor seperti kera namun berkepala kijang. Ia mampu berlari secepat kilat sehingga selalu terhindar dari sergapan musuh.

14. Wayang Kapi Trewilun atau Kapi Terwilun, yang berbadan dan berekor seperti kera namun berkepala kelinci. Ia dikenal licah, mampu berjalan melewati tanah serta ahli membuat gorong-gorong.

Seluruh peserta pawai berharap maskot Wayang Kapi-Kapi kreasi orisinil mereka dapat menjadi yang terbaik sesuai kriteria yang dikehendaki pihak Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.  Seperti yang dikemukakan herman wakil dari kontingen Kecamatan Kotagede yang menghadirkan Wayang Kapi Cocak Rawun terbuat dari anyaman bambu, yang sedang terbang tinggi di atas awan. Hal senada juga diungkapkan Hafiz dari kontingen Kecamatan Wirobrajan yang menampilkan Wayang Kapi Kingkin terbuat dari bahan anti hujan. (Antok Wesman)