FAHRUL NURKOLIS, Peneliti Muda UIN Suka Yogyakarta, Raih Medical Innovation Research in Health Award

FAHRUL NURKOLIS, Peneliti Muda UIN Suka Yogyakarta, Raih Medical Innovation Research in Health Award
Impessa.id, Yogyakarta: Tim Humas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dari Jakarta mengabarkan bahwa Fahrul Nurkolis, S.Si., peneliti di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, semakin dikenal di dunia akademik dan penelitian internasional karena berhasil menorehkan prestasi luar biasa dengan lebih dari 105 publikasi jurnal internasional bereputasi, serta hak paten untuk senyawa antikanker dan antidiabetes.
Fahrul Nurkolis juga menjabat sebagai editor dan reviewer di jurnal ilmiah bereputasi Scopus Q1 & Q2, membuktikan bahwa anak muda Indonesia mampu bersaing di tingkat global. Perjalanannya telah membawanya ke berbagai konferensi internasional bergengsi, termasuk Nordic Nutrition Conference di Finlandia, Asian Congress of Nutrition di China, dan International Conference on Nutrition and Growth di Portugal.
Di dalam negeri, Fahrul meraih penghargaan Medical Innovation Research in Health (MIRAH) Award dari Ikatan Dokter Indonesia, atas kontribusinya dalam penelitian medis berbasis bioinformatika dan eksplorasi bahan alam Indonesia sebagai kandidat obat masa depan.
"Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Tantangan kita adalah bagaimana mengolahnya menjadi inovasi medis yang berdampak bagi kesehatan global," ujar Fahrul.
Dedikasinya menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkarya di dunia sains dan inovasi teknologi kesehatan. Fahrul Nurkolis, S.Si., telah membuktikan bahwa riset berbasis bioinformatika mampu mengidentifikasi senyawa aktif yang memiliki potensi besar sebagai obat. Fahrul kini aktif mendorong hilirisasi riset farmasi berbasis bahan alam Indonesia.
"Kolaborasi akademik dan industri sangat penting untuk memastikan penelitian tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bisa menjadi produk inovatif yang berdampak," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya dukungan regulasi dan pendanaan bagi peneliti muda. "Indonesia memiliki banyak ilmuwan berbakat, yang kita butuhkan adalah ekosistem riset yang mendukung hilirisasi agar riset bisa masuk ke industri dan bermanfaat bagi masyarakat luas," tambahnya. Dengan langkah-langkah inovatifnya, Fahrul berharap Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pengembangan obat berbasis bahan alam di masa depan. (Tim Humas UIN Suka/Antok Wesman-Impessa.id)