Feature

Dinas Perhubungan DIY Lakukan Survei Dampak Lalu Lintas Atas PLENGKUNG GADING

Dinas Perhubungan DIY Lakukan Survei Dampak Lalu Lintas Atas PLENGKUNG GADING

Dinas Perhubungan DIY Lakukan Survei Dampak Lalu Lintas Atas PLENGKUNG GADING

Impessa.id, Yogyakarta: Dalam Telaah Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Kawasan Jeron Beteng Segmen Plengkung Gading Nirbaya, Kepala Bidang Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Rizki Budi Utomo, S.T., M.T. menjelaskan, bahwa Plengkung Gading/Nirbaya; mengalami permasalahan lalu lintas yang berdampak pada bangunan tersebut.

Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya adalah salah satu dari 5 (lima) plengkung yang ada di Kraton Yogyakarta, yaitu:

1. Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sisi utara bagian timur,

2. Plengkung Jagasura atau Plengkung Ngasem di sisi utara bagian barat,

3. Plengkung Jagabaya atau Plengkung Tamansari di sebelah barat,

4. Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing/Gading di sebelah selatan, dan

5. Plengkung Madyasura atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.

Plengkung Gading selesai dibangun pada 1767 M (Sarining Sekar Sinesep Peksi/1691 Jawa), menggunakan batu bata yang diplester dengan campuran pasir, gamping, dan tumbukan bata merah dengan ketebalan sekitar 55 cm dan longkahan selebar 2,4 meter yang diurug dengan tanah hasil galian. Tinggi urugan yaitu 3,7 meter dari permukaan tanah. Dahulu pada tiap plengkung terdapat jembatan gantung. Jembatan ini dapat ditarik ke atas sehingga plengkung tertutup dan jalan masuk ke dalam benteng terhalang oleh jagang. Semula plengkung-plengkung ini terbuka dari jam enam pagi sampai enam sore, kemudian dilonggarkan menjadi dari jam lima pagi sampai jam delapan malam, ditandai dengan bunyi genderang dan terompet dari prajurit di Kemagangan.

Tekanan yang terjadi pada Plengkung Gading/Nirbaya berupa potensi kerusakan pada fisik konstruksi plengkung ini, yang didasarkan temuan Dinas Kebudayaan DIY tahun 2018 pada saat rehabilitasi fisik plengkung, yang menemukan adanya deformasi berupa retakan. Penyebab tekanan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tekanan Aktivitas Masyarakat

Contoh tekanan akibat dari aktivitas masyarakat antara lain adalah beberapa insiden pada kawasan ini, seperti: a) insiden presenter Ricky Komo pada tahun 2017 yang memanjat hingga puncak plengkung, dan turun tidak melalui tempat yang semestinya; b) insiden seorang pengunjung yang memanjat puncak plengkung pada tahun 2021; c) aktivitas-aktivitas pelanggaran norma etika di kawasan ini pada malam hari.

Tekanan Lalu Lintas

Tekanan lalu lintas pada titik ini berupa tingginya arus/volume lalu lintas yang melintas pada Plengkung Gading karena bertemu dengan Simpang 4 Gading sehingga berpotensi terjadi gesekan dengan struktur/fisik bangunan plengkung, yang dapat berakibat fatal terhadap konstruksi plengkung. Beberapa perilaku pengendara yang menghentikan kendaraan bermotornya di dalam plengkung pada saat lampu merah juga berpotensi adanya friksi/gesekan lalu lintas, baik secara arus maupun secara fisik (kendaraan).

Besarnya tekanan khususnya pada Plengkung Gading/Nirbaya ini memerlukan penanganan komprehensif, yang secara kewenangan pada Dinas Perhubungan DIY berupa pengaturan/manajemen dan rekayasa lalu lintas, yaitu dengan cara mengurangi kepadatan lalu lintas pada titik ini dengan 2 (dua) rencana uji coba.

Uji Coba Sistem Satu Arah (SSA); berupa uji pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas dengan mengatur arus lalu lintas menjadi sistem satu arah dari utara ke Selatan, dan Uji Coba Penutupan; berupa uji pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas dengan cara menutup akses plengkung secara total.

Tahapan yang dilakukan adalah Survei dan analisis lalu lintas kondisi eksisting di Kawasan Njeron Beteng (yang sudah dilakukan Dinas Perhubungan DIY dan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta). Kemudian rapat-rapat koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. Berikutnya Sosialisasi. Dialnjutkan dengan Uji Coba. Dan Evaluasi. (Humas Pemda DIY/Antok Wesman-Impessa.id)