Event

SANGGAR ANAK ALAM Nitiprayan Yogyakarta Gelar TRADISI WIWITAN, Minggu, 8 September 2024

SANGGAR ANAK ALAM Nitiprayan Yogyakarta Gelar TRADISI WIWITAN, Minggu, 8 September 2024

SANGGAR ANAK ALAM Nitiprayan Yogyakarta Gelar TRADISI WIWITAN, Minggu, 8 September 2024

Impessa.id, Yogyakarta: Suatu bangsa memiliki kedaulatan selera masing-masing. Namun demikian, saat ini ada kecenderungan terjadinya monopoli selera. Selera diatur sedemikian rupa secara sistematis supaya seragam. Padahal selera itu adalah sesuatu yang berdaulat.

Kedaulatan selera adalah hak prerogatif yang seringkali diabaikan dalam keseharian. Sebagai manusia, cenederung percaya memiliki kendali penuh atas apa yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan, namun realitasnya seringkali berbeda. Seiring dengan kemajuan teknologi, globalisasi, dan industri, dan seringkali merasa tidak lagi memiliki kedaulatan penuh atas indra-indra sendiri: mata, telinga, hidung, dan lidah telah dijajah. Selain itu, lidah pun tidak luput dari pengaruh luar dan penjajahan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi seringkali diubah dengan tambahan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan rasa atau membuatnya lebih menarik secara visual, tidak lagi memiliki kedaulatan penuh atas pilihan makanan, karena sebagian besar dari apa yang tersedia di pasaran telah dimanipulasi oleh industri makanan dan minuman. Masyarakat sudah terjebak dalam lingkaran konsumsi makanan cepat saji yang penuh dengan gula, garam, dan lemak pabrikan yang pada akhirnya dapat mengganggu kesehatan (Toto Raharjo: https://www.caknun.com/2024/ketika-kita-tak-punya-kedaulatan-seleramata-telinga-hidung-dan-lidah-yang-dijajah/).

Sanggar Anak Alam, sebagai entitas pendidikan yang hadir sebagai salah satu pendekatan alternatif pendidikan di Indonesia menyajikan dan menjadikan kedaulatan pangan, kesehatan, kelestarian lingkungan, seni dan budaya sebagai pilar pokok pendidikan merasa memiliki tanggung jawab sosial untuk ikut menyangga dan mengenalkan kedaulatan selera kepada masyarakat luas. Dalam konteks pendidikan, Pesta Panen Wiwitan yang diejawantahkan melalui kegiatan:

1. Talkshow “Kedaulatan Selera” dengan nara sumber: Toto Rahardjo, Sri Wahyaningsih, Adhi Marutahara (Orang Tua Lulusan Siswa SALAM), dan Adi Didiet (Orang Tua KB/TA SALAM);

2. Pasar Pangan Sehat “Daulat Selera”;

3. Kirab Seni Budaya berbasis kearifan lokal dengan melibatkan Warga Dusun Jomegatan di mana Sanggar Anak Alam beralamat.

Ketua Yayasan Sanggar Anak Alam, Ignatius Sugiarto didampingi Ketua Panitia Yogo Pratomo, menjelaskan, kegiatan-kegiatan tersebut bisa menjadi sebuah bentuk pembelajaran bersama tentang bagaimana Warga Salam dan lingungan sekitarnya, khususnya anak-anak dan seluruh komunitas belajar mampu menemukenali baik potensi dasar dan wujud dari “pangan lokal yang sehat dan ramah lingkungan” sebagai upaya membangun kembali Kedaulatan Selera untuk kelestarian alam dan keberlanjutan hidup manusia yang sehat dan berdikari serta menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam juga dengan sesama manusia lainnya.

Tujuan dan Capaian Kegiatan

Tujuan rangkaian kegiatan TRADISI WIWITAN: Diskusi, Pasar Pangan, dan Kirab Seni dan Budaya Sanggar Anak Alam tahun 2024 bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat yang memiliki kedaulatan atas selera supaya tercipta kultur pangan lokal, kesehatan, sosial budaya, dan lingkungan hidup berbasis kearifan lokal.

Tradisi Wiwitan, Pasar Pangan, dan Kirab Seni Budaya yang diselenggarakan bukan hanya untuk mengembalikan tradisi dan budaya leluhur, tetapi juga hendak mengembalikan makna sebenarnya dari pesta panen tersebut. Bagaimana kedekatan manusia dengan Tuhan dan alam akan membawa berkah bagi manusia terlebih bagi petani dan cara hidupnya serta masyarakat pada umumnya, sehingga tercipta komunitas sehat, berbudaya adiluhung, dan sejahtera.

Dengan mengembalikan makna yang sebenarnya akan tradisi budaya tersebut, diharapkan nantinya muncul pemahaman baru yang lebih utuh tentang petani. Juga merupakan sebuah upaya yang ditempuh untuk mengangkat nilai-nilai dalam budaya tani seperti menghargai sebuah proses dan meningkatkan penghargaan kepada petani.

Pasar Pangan sendiri merupakan media pengenalan ragam pangan lokal dan olahannya kepada masyarakat sekitar. Banyak jenis pangan lokal yang tersedia di sekitar namun belum dikenal dengan baik. Kemudian Kirab Seni dan Budaya adalah bentuk kegiatan yang mengetengahkan seni dan budaya lokal adiluhung baik sebagai tontonan dan tuntunan bagi masyarakat secara umum.

Salah satu capaian yang ingin diwujudkan dalam proses ini adalah bagaimana dan supaya Warga Salam terutama Anak-Anak Didik memahami dan memiliki pengetahuan atas sumber dan makanan sehat untuk tubuh mereka serta hal-hal apa saja yang ada di sekitar mereka yang perlu dijaga dan lestarikan untuk keberlanjutan serta keseimbangan kehidupan saat ini dan masa mendatang.

Di dalam prosesi wiwitan, karena Sanggar Anak Alam terus berproses melalui konsep 4 pilarnya dalam rangka mewujudkan generasi yang memahami asupan pangan sehat, dekat dan menerapkan dengan konsep kesehatan yang natural, memahami sosial budaya sekitarnya, dan mampu menemukenali sumber daya alam yang wajib dilindungi dan lestariakan untuk keberlanjutan generasi dan bumi.

Warga Salam berkomitmen menjalankan 4 pilar pendidikan di Salam: pangan sehat, kesehatan, sosial budaya dan lingkungan hidup yang sehat dalam keseharian. Tentu saja melalui proses belajar yang tak henti. Komitmen tersebut diwujudkan dalam pemberian asupan makanan olahan rumah tangga dengan komposisi yang seimbang baik mineral, protein, dan kalorinya. Selain itu, paska kegiatan dipastikan muncul beberapa masukan dan kritik usulan dari para orang tua. Kritik dan usulan ini akan digunakan sebagai masukan berharga bagi pembelajaran Salam baik di lembaga pendidikan maupun di dalam komunitas.

Sanggar Anak Alam Kampung Nitiprayan RT 4 Kelurahan NGestiharjo, Bantul, Yogyakarta, 55182. Telp: (0274) 2871415, Mobile: Ibu Wahya 081328534936, Email: mail@salamyogyakarta.com. (Reren/Antok Wesman-Impessa.id)