Sastra Bulan Purnama Hadirkan Puisi RIWANTO TIRTOSUDARMO, Di Museum Sandi Kotabaru Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Sastra Bulan Purnama edisi 153 bertajuk ‘Bulan Purnama Di Sumbing’. Karena edisi SBP tersebut diisi pembacaan puisi karya Riwanto Tirtosudarmo, yang berjudul ‘Di Galeri Sumbing’, Kata Sumbing diambil untuk melengkapi acara Sastra Bulan Purnama (SBP), yang digelar setiap bulan. Sastra Bulan Purnama edisi 153 digelar, Sabtu, 22 Juni 2024, pukul 15.30 WIB di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Yogyakarta.
Sumbing dalam judul buku puisi Riwanto menunjuk satu tempat, yang dikenali sebagai gunung. Namun bukan di puncaknya, melainkan di satu area bawah, yang memberikan pemandangan, yang oleh Riwanto disebutnya sebagai galeri. Judul puisi ‘Di Galeri Sumbing’ sekaligus menjadi judul buku. Dalam buku puisi itu Riwanto berkolaborasi dengan seorang perupa, yang tinggal di lereng Merbabu, Sogik Prima Yoga namanya. Ia menginterpretasi setiap puisi karya Riswanto melalui sketsa.
Riwanto, peneliti LIPI (sekarang BRIN), menyelesaikan S1 di Fakultas Psikologi UI. Studi S2 dan S3 di bidang demografi Sosial di Australia. Riwanto dikenal sebagai ahli demografi sosial. Ia menulis buku, salah satunya berjudul “Mencari Indonesia” dari jilid satu sampau empat.
Sebagai peneliti sosial ia terbiasa menulis makalah atau artikel untuk jurnal ilmiah, juga sering menulis esai. Menulis puisi, bagi dirinya bukan kebiasaannya, meskipun diam-diam, sesungguhnya sering, bahkan rajin menulis puisi. “Saya hanya sekali-sekali menulis puisi, dan puisi-puisi yang saya tulis merupakan ekspresi perasaan saya terhadap sesuatu. Ada sesuatu yang saya rasakan intens dan perasaan itu ingin saya ekspresikan dalam tulisan, dan puisi adalah pilihan untuk mengekspresikan itu,” kata Riwanto.
Selain dibacakan Riwanto, puisi-puisi karyanya juga dibacakan oleh PM. Laksono, antropolog, Guru Besar Anropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan juga pengajar dari Uninersitas Sanata Dharma, sekaligus penyair, Dr. Yosef Yapie Taum, kemudian, dua dokter, Ita Fauzia dan Eny Suswanti. Pembaca lainnya yakni, Ana Ratri, Aprilia Wayar, MM.Sri Suwarni, Ninuk Retno Raras, Sonia Prabowo, Sri Wahyu Warhani dan Yuliani Kumudaswari. Beberapa puisi karya Riwanto juga dibuat lagu oleh Joshua Igho, Yupi dan Menik Sithik bersama Thole.
Yupi memilih dua judul puisi, ‘Nakagusuku’ dan ‘Ngliyep’ dibuat menjadi lagu. Menik Sithik dan Thome, bersama TM On, mengarap musikalisasi puisi, dan memilih tiga judul puisi, yaitu; ‘Ketika Kata Tak Mengungkap Makna’, ‘Pengembara Yang Lelah”, dan ‘Luka’.
Selain dibacakan dan dilagukan, puisi-puisi karya Riwanto yang terbit dalam buku ‘Di Galeri Sumbing’ direview Sutirman Eka Ardhana, sastrawan dan wartawan, yang sejak tahun 1970-an melalui Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi, aktif menulis puisi, cerpen, novel dan karya-karya jurnalistik.
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menyampaikan, seorang penyair yang mempunyai latar belakang akademis yang kuat apalagi seorang peneliti, dan memiliki gelar doktor, dan masih memiliki waktu untuk menulis puisi, sesungguhnya ia melihat ruang puisi bisa untuk menyapaikan sesuatu yang tak bisa dituliskan melalui karya ilmiah. “Saya kira menulis karya sastra, dalam konteks ini puisi, diperlukan satu riset, apapun istilahnya untuk penyair, agar tema puisi memiliki isu yang berbeda,” ujarnya. (Ons/Antok Wesman-Impessa.id)