Ekonomi-Bisnis

Musuem Sonobudoyo Kini Menelaah Umur Koleksinya Dari Unsur Atomnya.

Musuem Sonobudoyo Kini Menelaah Umur Koleksinya Dari Unsur Atomnya.

Musuem Sonobudoyo Kini Menelaah Umur Koleksinya Dari Unsur Atomnya.

Impessa.id, Yogyakarta: Menilik perkembangan museum di era industri 5.0 menuntut institusinya untuk dapat berkembang dalam berbagai hal. Perkembangan tersebut tidak hanya dikerjakan pada sisi tata pamer, riset koleksi, maupun kerja kolaborasi, namun juga pada sisi teknologi. Perihal ini tidak lagi merujuk pada teknologi yang diterapkan pada tata pamer museum, melainkan teknologi yang digunakan dalam menelusuri unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam koleksi. Teknologi ini kemudian dikenal dengan sistem XRF (X-Ray Flurence) dan menggunakan alat Elio.

XRF (X-Ray Fluoresence) adalah salah satu metode analisis untuk mengetahui komposisi unsur/elemen pada suatu bahan/sampel secara cepat. Prinsip yang digunakan dalam penentuan unsur/elemen berdasarkan interaksi sinar X dengan bahan/sampel. Di Museum Sonobudoyo, sistem ini digunakan untuk mengetahui unsur-unsur atom yang terdapat di dalam koleksi, seperti keris, arca, logam, tekstil, hingga manuskrip. Tidak hanya material yang dianalisi, tetapi juga unsur-unsur tambahan seperti pewarna alam maupun warna-warna kimia yang terdapat koleksi. Praktis, sistem dan metode ini menjadi cara akurat untuk mengetahui usia koleksi.

Kegiatan lokakarya XRF ini tidak hanya diikuti oleh seluruh staff Museum Sonobudoyo, namun diikuti pula oleh peserta-peserta dari luar daerah. Beberapa peserta berasal dari Jakarta, Banten, Surakarta, Medan, hingga Makasar. Kegiatan ini menjadi peluang untuk belajar bersama bagi institusi museum maupun institusi yang berkaitan dengan koleksi dan cagar budaya. Pokok pembelajaran yang terpenting adalah adanya keterbukaan kolaborasi antara sains dan humaniora dalam upaya mengembangkan kajian terkait koleksi.

“Kegiatan seperti ini perlu didorong dan difasilitasi. Museum Sonobudoyo sebagai salah satu lembaga pengelola koleksi, ruang interaksi, dan ruang rujukan riset bagi mahasiswa seyogyanya mengedepankan kajian-kajian mutakhir seperti ini. Melalui kegiatan ini, diharapkan studi tentang koleksi dan museum semakin dilirik dan dikembangkan, serta dikolaborasikan dengan berbagai lini pengetahuan,” ujar Setyawan Sahli, Kepala Museum Sonobudoyo.

Kegiatan lokakarya ini dilaksanakan selama dua hari dengan prakarsa Museum Sonobudoyo dengan Bruker Company yang berpusat di Italia. Kolaborasi antara museum dan institusi tersebut memang dikhususkan untuk memberi penyegaran bagi berbagai institusi undangan terkait pengembangan studi koleksi. Harapannya, melalui lokakarya ini Museum Sonobodoyo mampu memberi warna baru dalam kerja-kerja riset yang berhubungan dengan koleksi museum. Informasi lebih lanjut: www.sonobudoyo.com (Aditya/Antok Wesman-Impessa.id)