Event

Sebanyak 23 Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka Ikuti Program Doktoral

Sebanyak 23 Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka Ikuti Program Doktoral

Sebanyak 23 Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka Ikuti Program Doktoral

Impessa.id, Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan monitoring terkait evaluasi kemajuan studi program doktoral dosen-dosen FDK UIN Sunan Kalijaga. Program doktorisasi merupakan program unggulan FDK UIN Sunan Kalijaga periode 2020-2023 untuk peningkatan Sumber Daya Manusia. kegiatan monitoring dilakukan secara daring melalui zoom meeting dan diikuti oleh dosen dan pimpinan fakultas, Kamis  (13/1/2022).

Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Prof. Dr. Marhumah, menerangkan saat ini ada 23 dosen FDK UIN Sunan Kalijaga yang sedang melakukan studi doctoral, baik di dalam maupun di luar negeri. “Kebetulan ada dosen yang mendapat beasiswa di Kanada, Taiwan dan China”, ujarnya.

Prof Marhumah menambahkan di dalam negeri beberapa dosen studi doktoral di UIN Sunan Kalijaga, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sebelas Maret. Sebagian dari dosen masih memasuki semester dua, namun ada beberapa yang sudah melebihi tahun ketiga adan keempat.

“Program ini penting untuk kelembagaan FDK dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia. Ketersediaan tenaga pengajar yang cukup membuat fakultas bisa membuka program magister di semua program studi yang ada di fakultas. Bahkan kedepannya bisa juga disiapkan membuka program doctoral,” ungkapnya.

Sementara Prof. Dr. Iswandi Syahputra, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan, UIN Sunan Kalijaga, memberikan motivasi bahwa studi doktoral merupakan bagian dari jihad. Jihad yang dimaksud selain jihat individual untuk memperoleh gelar, namun juga jihat institusional dan konstitusional.

Prof Iswandi menjelaskan jihat institusional itu bermakna harus diniatkan bahwa kegiatan studi doktoral jika tidak selesai-selesai akan menjadi beban lembaga, dan kalau bisa diselesaikan. Program S3 yang paling baik, bukan di dalam atau luar negeri, swasta atau dalam negeri, karena yang terbaik adalah S3 yang selesai.”

Sementara jihad konstitusional mengacu pada sistem akreditasi nasional. Sistemnya harus ada tenaga pengajar yang kompeten di bidangnya untuk pengembangan bidang akademik baik untuk fakultas dan universitas. “Karena kita berada pada sebuah kapal besar, dimana arah kapal itu ditentukan oleh keberadaan dan kualitas sumber daya manusia”. ungkap Iswandi.

Prof Iswandi juga memberi motivasi kepada dosen yang menempuh studi doktoral untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan studinya. “Jika ingin selesai perbaharui niatnya, sungguh-sungguh dan beriktiar maka Allah akan membukakan jalannya,” tuturnya.

Dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Izzul Hak menyampaikan bahwa program remainding ini sangat bagus karena menyadarkan semuanya untuk terus menulis sebagai syarat lulus progam doktoral. Berdasarkan evaluasi yang ada, beberapa dosen harusnya bisa selesai pada tahun 2022. Beberapa dosen menyampaikan bahwa masa studinya berjalan lancar.” Tidak ada persoalan khusus yang menjadi kendala program doktorisasi. Semoga mereka segera selesai”. kata Izzul yang juga peserta program doctoral di McGill Canada. (Khabib/Antok Wesman-Impessa.id)