Event

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mewisuda 596 Sarjana Secara Daring

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mewisuda 596 Sarjana Secara Daring

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mewisuda 596 Sarjana Secara Daring

Impessa.id, Yogyakarta: Rektor Universitas Islam Negeri -UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Al makin mengatakan, Dalam Quran Surat Hud Ayat 36-39, dikisahkan perjalanan dakwah Nabi Nuh (alaihi salam), yang mengalami banjir dan membangun bahtera atau kapal. Tuhan mengirim banjir, lalu Nuh (alaihi salam) mendapatkan perintah untuk membangun bahtera dan mengumpulkan manusia dan sepasang-sepasang hewan untuk diselamatkan, sehingga kehidupan setelah banjir dapat berjalan kembali. Kisah itu juga tertulis didalam Perjanjian Lama Kitab Kejadian (Genesis), 6. Kisah Nuh (alaihi salam) dan perahunya diterangkan secara jelas dalam Kitab Suci itu.

“Dalam buku saya Keragaman dan Perbedaan kisah banjir menjadi bahasan utama saya, bahwa kisah itu sudah ada dalam Tablet Sebelas Gilgamesh, 5000 tahun yang lalu dalam peradaban Babilonia. Begitu juga dalam tradisi Yunani Atrahasis, 2500 tahun yang lalu. Kisah tentang bencana, malapetaka, dan penyakit sudah lama diceritakan oleh berbagai sastra, Kitab Suci, dan catatan-catatan, tablet, manuskrip, dan kidung-kidung. Kita menghadapi Covid-19. Jauh-jauh hari, sudah ada kelaparan, peperangan, diare, penyakit-penyakit menular di sepanjang serajah manusia. Corona bukan satu-satunya,” tutur Rektor UIN.

Dikatakan, Kaisar Romawi Marcus Aerelius (r. 161-180 M), filosof, ketika memegang tapuk kekuasaan menghadapi hal yang sama. Dia tenang, melaksanakan semua yang bisa, mengendalikan yang bisa dikendalikan, dan memasrahkan yang dia tak bisa tangani. Kata Epictetus (60-138 M) filosof lain, nahkoda kapal layar hanya mengendalikan stir atau talinya, sedangkan angin, hujan, badai tidak bisa dikendalikan. Kendalikan yang bisa dikendalikan, biarkan alam yang menyelesaikan yang diluar jangkauan kita. Hadapi corona dengan hati dan badan yang bisa kita kendalikan, pasrahkan sisanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Prof. Al Makin menyampaikan hal itu usai mewisuda sejumlah 596 orang sarjana di Gedung Prof RHA. Soenarjo SH, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 19/8/2020, sebagai wisuda periode IV tahun akademik 2019/2020, dan dilaksanakan secara online untuk yang kedua kalinya. 

16 wisudawan/wisudawati berhasil lulus dengan predikat terbaik dan tercepat, masing-masing, Linda Rahmiwati dari Perbangkan Syari’ah-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dengan IPK 3,79; Wahyu Wiratmoko dari Prodi Psikologi-Fakultas Sosial dan Humaniora dengan IPK 3,83; Dwi Setiyaningsih dari Prodi Ilmu Perpustakaan-Fakultas Adab dan Ilmu Budaya dengan IPK 3,83; Sufah Iliya Manazila dari Prodi Matematika-Fakultas Sains dan Teknologi dengan IPK 3,84; Imas Nur Astuti dari Prodi Pendidikan Anak Usia Dini-Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan IPK 3,86; David Safri Anggara dari Prodi Pengembangan Masyarakat Islam-Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan IPK 3,88; Maloya Andika dari Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir-Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dengan IPK 3,89; Dadan Ramdani dari Prodi Hukum Keluarga Islam-Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan IPK 3,93; Nur Widianto Yuli Saputro dari Program MagisterInterdisciplinary Islamic Studies-Program Pascasarjana dengan IPK 3,90; Sutriman dari Program Magister Informatika-Fakultas Sains dan teknologi dengan IPK 3,81; Afner Gus Chandra dari Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam-Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan IPK 3,85; Bella Atika dari Program Magister Ekonomi Syari’ah-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dengan  IPK 3,88; Yulmitra Handayani dari Program Magister Ilmu Syari’ah-Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan IPK 3,90; Maulida dari Program Magister Pendidikan Islam Anak Usia Dini-Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan IPK 3,94; Ridha Hayati dari Program Magister Aqidah dan Filsafat-Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dengan IPK 3,97; dan Abdul Qoyum dari Program Doktor Studi Islam-Pascasarjana dengan IPK 3,90.

Pada Agustus 2020 Program Magister Informatika telah meluluskan delapan mahasiswanya sejak dibuka pada Tahun Akademik 2018/2019. Dua lulusan diantaranya sebagai lulusan perdana mengikuti wisuda itu. Sutiman dan Tundo. Kini Program Magister Informatika telah mengantongi Peringkat Akreditasi Baik, dari BAN-PT (keterangan dari Kaprodi Magister Informatika, Dr Bambang Sugiantoro SSi MT)

Lebih lanjut Prof. Al-Makin menyampaikan, “Lulus sarjana itu baru mulai pencarian yang tidak terbatas, artinya lulus sarjana baru mulai pendidikan secara mandiri. Membangun network, pertemanan, bekerjasama, dan menghargai link-link yang anda bangun. Jangan remehkan persahabatan, pertemanan, dan belajar dengan para teman dalam bergurau, saling mendorong, saling bertengkar, saling cemooh. Itu semua pendidikan penting. Berkompetisi dalam kelas, untuk meraih nilai A atau B, itu bukan yang sebenarnya, itu hanya angka formal untuk mendapatkan ijazah dengan tandatangan Rektor. Tidak punya ijazah, Anda tidak bisa melamar PNS. Lebih penting lagi, pendidikan itu mendidik anda untuk menghargai pertemanan, kerjasama, perluasan cakrawala,” jelasnya.

Menurut Rektor Al Makin, di UIN Sunan Kalijaga, pertemanan telah melahirkan LKIS (Lembaga Kajian Islam) yang melahirkan banyak aktivis, penulis, penerbit, kyai, dan pemikiran. “Dulu ada kelompok limited circle: Mukti Ali, Djohan Effendi, Ahmad Wahib yang mewarnai pemikiran dan gerakan Indonesia. Ada juga kelompok Al-Djamiah di Yogyakarta, berupa kelompok diskusi yang melahirkan Taufiq Adnan Amal, Syamsu Rizal Panggabean. Kampus ini juga melahirkan Koperasi Mahasiswa yang terkenal itu, tokohnya Dr Yayan Suryana dosen Fishum. Majalah Arena. Sukarno juga sepermainan dengan Kartosuwiryo di kos-kosan Tjokroaminoto di Surabaya. Satu memerdekakan Indonesia, sayangnya satunya memberontaknya,” ungkapnya.

“Anda semua mungkin juga mempunyai pertemanan yang sudah merintis usaha start-up, toko buku, usaha online, atau cita-cita bersama. Sirami dan semailah. Pupuklah biar subur mempengaruhi dunia. Coba Anda amati orang-orang sukses, pengusaha atau pejabat di Indonesia. Mereka meraih jabatan di politik dan ekonomi bukan karena mereka hafal pelajaran dan ujian, atau mendapatkan nilai A semua, tetapi pasti ada faktor lain. kalau nilai Anda A semua, pasti akan bangga, sebagai Rektor saya juga bangga. Jika nilai tidak A pasti kecewa, tetapi akan lebih kecewa jika menyakiti teman, karena anda akan menjalani masa-masa sulit sendirian. Tulis baik-baik di buku harian atau di HP Anda, teman-teman, dosen, orangtua, saudara, apa yang Anda pelajari. Ungkapkan dan ucapkan terimakasih. Itulah belajar. Begitu juga dalam hadits, sanad dan rawi selalu jelas diucapkan,” imbuh Prof Al Makin.

Disebutkan, para orang sukses rata-rata karena mereka punya teman, jaringan, misalnya menjadi menteri dipilih presiden, kebetulan temannya itu dekat dengan yang menentukan. Lalu secara bahu membahu, getok-tular membisikkan nama itu jadi menteri. Para pengusaha juga begitu modalnya juga trust, kepercayaan. Jadi Intinya pendidikan tidak hanya karena ijazah, prestisius, nilai formal, tetapi network untuk persiapan apapun yang Anda cita-citakan. Anda akan raih dengan kebersamaan, pertemanan, dan jaringan.

“Saya kurang setuju jika pendidikan hanya online, daring saja, saya lebih menyukai pendidikan tatap muka, dengan begitu bisa membangun pertemanan dan jaringan. Pendidikan adalah soal persahabatan dan pertemanan. Jagalah teman-teman Anda, suatu saat akan bermanfaat. Menghormati guru dalam pendidikan itu penting. Dalam buku Meditation Marcus Aerelius Kaisar Romawi kuno di bagian pertamanya dia terangkan sanad keilmuan, dari Bapak, Bapak Angkat, kakek nenek, guru, belajar tentang apa saja. Ini sama dengan ilmu hadits dan fiqh dalam Islam. Dari siapapun kita belajar harus diingat. Ingat-ingatlah siapa guru Anda, dan belajar apa saja. Kalau ingin menjadi orang besar, berhati mulia, seperti Marcus Aerilius Anda harus mengingat darimana Anda belajar: tidak hanya guru formal, tetapi teman, organisasi, ekstra, teater, senat, kelompok belajar: HMI, PMII, IMM, KAMMI, Malapaska, tenis meja, bulutangkis dan lain-lain,” aku Prof Al Makin.

“Inilah guru dari Marcus Aerelius (buku satu), Meditation (buku harian ini ditulis 2000 tahun yang lalu ketika sang kaisar menghadapi perang melawan suku Germania),” demikian Prof. Al Makin memotivasi wisudawan-wisudawati secara online. Semoga semua lulusan UIN Sunan Kalijaga pada wisuda kali ini dapat berkontribusi untuk keluarga, bangsa dan dunia, doa nya. (Weni/Antok Wesman-Impessa.id)