Feature

Indonesia UFO Network -IUN, Sebagai Jaringan Antar Komunitas dan Institusi Astronomi, ET, SETI, UFO, Space Art, dan Space Science.

Indonesia UFO Network -IUN, Sebagai Jaringan Antar Komunitas dan Institusi Astronomi, ET, SETI, UFO, Space Art, dan Space Science.

Indonesia UFO Network -IUN, Sebagai Jaringan Antar Komunitas dan Institusi Astronomi, ET, SETI, UFO, Space Art, dan Space Science.

Impessa.id, Yogyakarta : Indonesia UFO Network -IUN, berdiri pada tahun 2019, tepat ketika digelar IUN pertama pada  Mei di HONF Foundation, Yogyakarta, dihadiri oleh 11 komunitas dan institusi. Momen itu menjadi cikal bakal untuk mengumpulkan komunitas dan institusi se Indonesia pada Juli 2019, bersamaan dengan diselenggarakannya International SETI Conference #05 di Yogyakarta, bertempat di IFI-LIP Sagan. Pada saat itu IUN dideklarasikan sebagai  platform lintas komunitas dan institusi yang aktif melakukan riset, serta pusat pembelajaran, pertukaran informasi dalam bidang Astronomi, ET, SETI, UFO, Sejarah Peradaban, Space Art, dan Space Science secara umum. IUN yang kedua tersebut dihadiri dan didukung oleh 28 komunitas dan institusi dalam negeri.

Pentingnya platform ini dibuat mengingat banyaknya komunitas dan institusi di Indonesia, yang memerlukan komunikasi aktif dan pertemuan nyata, wujud kolaborasi antar komunitas untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan. Ide terbentuknya IUN dicetuskan oleh Venzha Christ dan Setyawan Haryanto (Ipank) yang awalnya mempunyai tujuan sederhana, yakni wahana untuk saling berbagi serta menjalin network.

Menurut Venzha, IUN bukan tempat untuk mencari UFO atau tempat untuk mencari sebuah kebenaran, dan keliru jika mengasumsikan bahwa IUN ajang untuk pencarian keberadaan UFO. "IUN adalah berkumpulnya berbagai komunitas dan Institusi lintas disiplin, selain komunitas tentang UFO, juga penggiat/periset di ranah Astronomi, ET, SETI, Sejarah Peradaban, maupun Space Science, jadi sangat beragam dari banyak area keilmuan," tuturnya.

Kata "UFO" dipilih dan digunakan karena paling populer di kalangan masyarakat, mempunyai sejarah tersendiri dalam dunia per-ufo-an Indonesia. "IUN tidak terdiri dari person atau individu-individu, tapi lebih ke sebuah forum yang terdiri dari banyak komunitas dan institusi," ujar Ipank.

Ada juga scientist dan pakar/peneliti dari "Sains Luar Angkasa" yang hadir dan memberikan sambutan saat deklarasi IUN di Yogyakarta, Minggu (21/7). “Saya dukung deklarasi ini sebagai upaya mensosialisasikan sains luar angkasa kepada khalayak yang lebih luas. UFO isu populer dan bisa jadi pendorong percakapan sains di tengah masyarakat,” kata Gunawan Admiranto, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional -LAPAN.

Event 21 Juli 2019 yang dihadiri oleh 28 komunitas, Institusi, serta pusat riset, diabadikan sebagai Hari UFO Indonesia. Pendiri Indonesia UFO Network, Venzha Christ mengatakan bahwa Hari UFO Indonesia menjadi salah satu upaya untuk membuat simpul bagi para penggemar fenomena UFO baik amatir maupun profesional, seperti masyarakat sains perbintangan, periset bidang Antariksa, serta yang berkaitan dengan Space Science. Setahun sekali mereka berkumpul berbagi pandangan dan perkembangan di setiap bidang yang digelutinya.

“Kata UFO ini menyatukan berbagai latar belakang, dari pakar astronomi, pelacak jejak UFO amatir, dosen astrofisika, seniman sains, periset bidang antariksa, sejarawan, budayawan, antropolog, dan turunannya. Penting untuk setiap komunitas lintas disiplin ini setiap tahun terus berbagi pandangan dan perkembangan, terutama bersama-sama melibatkan masyarakat lebih luas untuk gemar pada sains,” papar Venzha.

Bertempat di Lembaga Indonesia Perancis -LIP di Jalan Sagan Yogya pada Minggu (21/7), deklarasi juga dihadiri perwakilan dari LAPAN, Gunawan Admiranto, Ilham Habibie (The Habibie Center), Premadi W Premana (ITB dan Observatorium BOSSCHA), Yusuke Murakami (MARS Society), dan pakar astrofisika dari LAM (Laboratoire d’Astrophysique de Marseille), Frederic Zamkotsian.

“Indonesia sangat tertinggal dalam riset antariksa. Saya mendukung deklarasi ini agar sains antariksa bisa populer di masyarakat luas. Isu UFO gampang berhubungan dengan masyarakat luas, ketimbang rumus-rumus fisika yang sulit,“ kata Ilham Habibie.

SETI dan IUN bertujuan untuk membantu meningkatkan minat masyarakat terhadap Space Science, dan Astronomi serta turunannya, termasuk Astrophysics, dan Astrobiology dengan harapan Indonesia semakin mempunyai percepatan kemajuan ilmu pengetahuan yang kuat, khususnya terhadap ilmu antariksa di masyarakat luas.

Perkembangan seni, sains dan teknologi di Indonesia bisa dikatakan mencapai progress positif meski masih jauh tertinggal dari banyak negara, itu menjadi tanggung jawab bersama untuk terus aktif menciptakan inovasi dan turut serta meningkatkan kerjasama dengan banyak pihak terkait. Space Science tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia, namun sejalan dengan pertumbuhan peradaban manusia yang tak lepas dari berbagai fenomena alam, seiring itu pula perkembangan dunia Astronomi dan Space Science.

“Terkadang kita sebagai audience (masyarakat) lupa bahwa secara tidak sadar kita sudah banyak merasakan dan terjadi keterlibatan langsung dengan banyak hal yang berhubungan dengan Astronomi. Jika kita menilik dari kata Astronomi saja misalnya, Astronomi yang secara etimologi berarti ilmu bintang, ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit. Tapi efek dari pengamatan tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk kembali lagi melihat fenomena-fenomena apa yang terjadi di bumi untuk dipelajari dan dianalisa berdasarkan apa yang terlihat di langit,” ungkap Venzha.

Sebagai contoh dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan yang berkenaan dengan karya dan bentuk kolaborasi dari paduan banyak komunitas dan institusi antara lain, Kunjungan riset dan presentasi ke Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional -LAPAN, serta Observatorium BOSSCHA pada Agustus 2019, untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74, diikuti oleh 11 komunitas dan institusi, membuktikan bahwa platform IUN bisa digerakkan melalui lintas disiplin serta pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan sangat cair dan tidak sulit.

Contoh berikutnya yang menarik serta perpaduan yang nyata antara Space Science dan Meta-Fisika adalah seri diskusi "Arkeoastronomi" selama dua hari berturut-turut, sesi pertama di area Candi Barong Yogyakarta dengan topik "Belajar Memahami Kebudayaan - Arkeologi - dan Kosmologi #01", sedangkan pada hari kedua yang dilaksanakan di Omah Budaya Kanghanan, Desa Budaya Krebet, mengambil tema "Literasi Jawa - Fenomena Langit - Mitologi - dan Konsep Kosmologi #01". Seri diskusi tersebut diikuti banyak komunitas dari berbagai kota di Indonesia, dipelopori oleh Hangno Hartono, penggagas dan penggerak diskusi lintas komunitas. Pada hari pertama diikuti oleh 16 komunitas dan hari kedua diikuti oleh 17 komunitas dan lembaga.

IUN lahir dari perkembangan dan kegiatan yang dihelat oleh Indonesia Space Science Society -ISSS, serta International SETI Conference, yang kemudian berdiri secara independen, dengan bergabungnya lebih dari 35 lembaga, komunitas, dan institusi dari seluruh penjuru Nusantara, IUN terus mengembangkan komunikasi antar komunitas serta berbagi ilmu pengetahuan, baik antar komunitas maupun kepada masyarakat luas untuk terus menumbuhkan minat mencintai sains dan teknologi di Tanah Air.

Venzha mencontohkan, lima tahun terakir perkembangannya, Indonesia Space Science Society -ISSS dan International SETI Conference, semakin dikenal, dan tergolong progresif untuk menjalin hubungan serta kolaborasi di area Space Science dan Space Exploration, dengan banyak lembaga penting dari berbagai negara. Kolaborasi dan riset-riset  dilakukan bersama dengan banyak lembaga terkemuka dunia, seperti, CEOU – Center for Exploration of the Origin of the Universe, Korea; LAM - The Laboratoire d’Astrophysique de Marseille, Perancis; SCASS – Sharjah Center for Astronomy and Space Science, Uni Emirat Arab (UAE); IANCU - Institute Of Astronomy, Taiwan; NASA – National Aeronautics and Space Administration, Amerika Serikat; ELSI – Earth Life Science Institute, Jepang; IRAM - International Research Institute for Radio Astronomy, dan Institut de Radioastronomie Milimetrique, Perancis. Sehingga Indonesia UFO Network kedepannya didukung dan ditumbuhkan untuk tetap fokus ke arah lintas disiplin, lintas komunitas, dan lintas kolaborasi. (Venzha/Antok Wesman)