Ekonomi-Bisnis

Yogyakarta Komik Weeks Berlangsung Di Museum Sonobudoyo, 8-21 Oktober 2019.

Yogyakarta Komik Weeks Berlangsung Di Museum Sonobudoyo, 8-21 Oktober 2019.

Yogyakarta Komik Weeks Berlangsung Di Museum Sonobudoyo, 8-21 Oktober 2019.

Impessa.id, Yogyakarta : Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan mengucurkan dana sebesar 550-juta rupiah untuk penyelenggaraan acara Yogyakarta Komik Weeks di Museum Sonobudoyo (ex Gedung KONI) di kawasan Nol Kilometer Kota Yogyakarta, pada 8-21 Oktober 2019, yang sepenuhnya dikelola oleh Mulyakarya, Komunitas Seniman Komik Yogyakarta.

Danais tersebut termasuk pembiayaan pelaksanaan Workshop dan Lomba Komik bertajuk “Kukuruyug #5” teruntuk pelajar SLTA yang berlangsung 22 Agustus 2019 di Omah Petroek Pakem, Sleman, Yogyakarta. Hasilnya, 30 karya komik para pemenangnya diikutsertakan dalam Komik Weeks tersebut, bersama-sama dengan 30 karya komikus dari Yogyakarta dan juga dari daerah lain, bahkan ada peserta berasal Seattle Amerika Serikat bernama Rose Driver, yang lulus kurasi.

Terra Bajraghosa, kurator pameran menuturkan, dalam kurun waktu satu dekade terakhir, medium komik berkembang secara signifikan. Dilihat bentuknya yang semula berupa buku atau hasil cetak, kini marak komik digital dalam bentuk komik on-line. “Wacana yang disajikan bervariasi, lebih dari sekedar melucu dan pertarungan fisik, untuk kisah yang menampilkan narasi fiksi, kekuatan plot cerita digagas dengan baik, olah gambar yang unik, menjadi bacaan yang menghanyutkan sekaligus memukau. Pada narasi non-fiksi, komikus mencoba menghadirkan opini dan catatan kritis lewat simbol-simbol dan gambar untuk tokoh tertentu. Pengalaman pribadi, peristiwa nyata, menjadikan pembacanya menemui hal-hal baru,” ungkap Terra.

Lebih lanjut dikatakan, kini kemudahan dalam proses cetak digital print on-demand memicu self-published, penerbitan secara mandiri, semakin memudahkan para komikus kreatif melek digital, untuk berkarya lebih baik tanpa menghilangkan kekuatan komik yang berupa tuturan visual yakni perpaduan kata-kata, simbol dan gambar. Sehingga karya komik mereka diburu kolektor dan mampu menciptakan pasar yang menjanjikan.

Pada Pameran Komik yang untuk pertamakalinya digelar ini, pihak kurator menampilkan komik karya dua tokoh Komik Indonesia, Abdulsalam  (1913-1986) dan Hasmi (1946-2016). Buku Komik karya Abadulsalam yang berjudul “Kisah Pendudukan Jogja” terbit tahun 1952, adalah buku komik Indonesia pertama ada. Lembaran komik strip, sebelumnya ditayangkan melalui surat kabar Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, baru kemudian dibukukan. Komik karya Abdulsalam itu menampilkan kronologi Agresi Militer Belanda ke Yogyakarta, sehingga menjadi pengalaman pribadinya berhubung dirinya ikut mengalami peristiwa bersejarah tersebut. Kini melalui Komik Weeks di Gedung Ex KONI, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, para pelajar dapat belajar sejarah melalui komik karya Abdulsalam yang sudah tidak ada lagi di pasaran dan menurut panitia buku komik itu merupakan pinjaman dari seorang kolektor komik.

Sedangkan Buku Komik karya Hasmi yang memiliki nama aseli Harya Suraminata, dengan tokoh Super Hero Indonesia, Gundala Putera Petir-nya, sangat popular, digemari semua kalangan, semua usia dan abadi sepanjang zaman. Hasmi membuat 23 judul untuk seri Gundala, yang pernah tampil dalam komik strip, pernah dimainkan dalam kethoprak, pernah dimainkan dalam teater dan pernah dibuatkan film-nya. Banyak tokoh-tokoh Super Hero kreasi Hasmi diantaranya, Maza, Pangeran Mlaar, Kalong, dan Sembrani. Kini komik kreasi Hasmi telah dikelola sebagai kekayaan intelektual yang dikembangkan sebagai komoditas industri kreatif.

Danang Catur juga selaku Kurator mengatakan bahwa dalam perkembangannya, komik selain sebagai bacaan semua usia, juga menjadi produk budaya dan industri yang mencerminkan karakter bangsa. “Cerita komik yang melibatkan karakter lokal daerah seperti kondisi geografis, sejarah dan kultur sesuatu masyarakat, menjadi pintu masuk bagi kita untuk mengenalinya, sehingga memantik semangat untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, paralel dengan tag-line Mulyakarya yakni, Maju Bersama, Bersama Maju,” ujarnya.

Yogyakarta Komik Weeks 2019 diwarnai dengan diskusi, terbuka untuk umum dengan mengundang Komunitas Komik, Komunitas Literasi, Komunitas Film dan Akademisi. Ada dua diskusi masing-masing, diskusi bertema ‘Komik Indonesia Hari Ini’ berlangsung Minggu, 13 Oktober 2019, pukul 11.00 – 13.00 WIB, bersama pembicara,  Henry Ismono (Kolektor Komik, Penulis Biografi Komikus), Andik Prayogo (Re:ON, Comico Indonesia), Terra Bajraghosa (Kurator Pameran) dan Danang Catur (Mulyakarya, Kurator Pameran), dengan moderator Brigitta Engla.

Kemudian diskusi ke-dua bertajuk ‘Relasi Komik dan Film Indonesia’ berlangsung Minggu, 20 Oktober 2019, Pukul 11.00 – 13.00 WIB, bersama pembicara, Aditya Saputra  (Komikus & Sutradara “Pendekar Cyborg”), Sigit Pradityo (Komikus & Sutradara), Azzam Fi Rullah (Sutradara Kolong Sinema) dan Yusron Fuadi (Sutradara Tengkorak) dengan moderator Ipur.

Agenda Bazar Komik digelar setiap akhir pekan selama penyelenggaran Yogyakarta Komik Weeks, pukul 10.00 – 21.00 WIB dengan rincian Periode 1: Sabtu- Minggu, 12 -13 Oktober 2019 serta Periode 2: Sabtu- Minggu, 19 - 20 Oktober 2019. Terdapat pula Akustikomik, pertunjukan musik membawakan lagu terinspirasi komik, mulai pkl. 18.30 WIB, serta Komikostum/Cosplay, penampilan tokoh komik dalam dunia nyata, melalui pemeran dengan kostum.

Untuk pemutaran film berlangsung Sabtu dan Minggu selama Yogyakarta Komik Weeks, tepatnya Sabtu dan  Minggu, pukul 13.00 – 15.30 WIB dan pukul 19.00 – 21.00 WIB. Film yang diputar berjudul “Pendekar Cyborg”, “Tengkorak”, “Neon City Files”, “Pocong Hiu Unleashed”, “Profil Hasmi”, “Rock N Roll Komik”.

Yogyakarta Komik Weekend diselenggarakan sebanyak dua kali selama pelaksanaan Yogyakarta Komik Weeks, pada waktu akhir pekan; hari Sabtu, Pukul 15.00 – 21.00 WIB. Periode 1: Sabtu, 12 Oktober 2019 dan Periode 2: Sabtu, 19 Oktober 2019.

Pertunjukan Drama Pendek berdasarkan cerita komik, mulai pkl.16.15 WIB, Sabtu, 12 Oktober 2019, dengan judul “Kibal Kibul Motivasi” garapan Sutradara Asita, berdasar pada komik Kibal Kibul Motivasi, karya Kurnia Harta Winata. Untuk drama pendek kedua berlangsung Sabtu 19 Oktober 2019 dengan judul “Serigala Kokap” garapan Sutradara Wijayanto yang diangkat berdasar pada komik Serigala Kokap karya Iwank Yellowteeth.

Peluncuran, bedah buku komik atau buku seputar komik, ada tiga sesi masing-masing, Sabtu, 12 Oktober, pukul 15.00 WIB berupa bedah buku ‘Hasmi; Pencipta Legenda Gundala’ bersama Henry Ismono (penulis) dan Mbak Plenok (Istri Alm. Hasmi). Sesi kedua pada Minggu, 13 Oktober, pukul 14.00 WIB berupa bedah komik Antologi Horor ‘Shivers V’ bersama Andik Prayogo (editor Re:ON) & Dhang (komikus). Sesi ke-tiga berupa bedah novel grafis ‘Sang Fotografer’ bersama Adya Arsita & Daru Tunggul Aji. (Antok Wesman)