Eksebisi Babad Siti Kemantren Jilid 2 Di Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta, Rayakan 12 Tahun UU Keistimewaan DIY
Eksebisi Babad Siti Kemantren Jilid 2 Di Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta, Rayakan 12 Tahun UU Keistimewaan DIY
Salam Budaya!, Lestari Budayaku!
Impessa.id, Yogyakarta: Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetty Martanti dalam sambutan Peringatan 12 tahun Keistimewaan Yogyakarta mengungkapkan bahwa, Yogyakarta, dianugerahi gelar Istimewa secara yuridis melalui Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012, tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan dipertegas dengan adanya Perda Istimewa Yogyakarta – Perdais Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan.
Yetty Martanti lebih lanjut menjelaskan, “Keistimewaan Yogyakarta dapat dilihat dari unsur budaya, pemerintah dan agraria. Keistimewaan Yogyakarta dari budaya berupa plasta pelestarian pola hidup yang melekat dalam masyarakat, seperti kita pahami, Yogyakarta merupakan wilayah dengan historika yang sangat unik. Keunikan Yogyakarta itu tercermin dalam berbagai unsur filosofis, ruang fisik kota maupun budaya masyarakatnya. Keduanya menjadi simbol yang dicerminkan menjadi identitas dan keunikan setiap bagian wilayah dalam wujud seni, ritus, tradisi, dan artefak yang masih lestari hingga saat ini.”
“Unsur budaya yang berkembang ditengah masyarakat ini tanpa kita sadari telah menjelma menjadi sebuah penanda keistimewaan yang dapat menjadi branding bagi Kota Yogyakarta itu sendiri,” ujarnya.
Pada tahun 2023, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta bersama 14 Kemantren Kota Yogyakarta telah berhasil menggali dan memvisualisasikan potensi yang dimiliki, melalui pameran bersama Babad Siti Kemantren yang pertama, dan di tahun 2024 pameran Babad Siti Kemantren yang ke-dua.
“Melalui kegiatan ini kita dapat melihat banyak bagaimana potensi wilayah menjadi elemen penting yang tidak dapat diabaikan sebagai pendukung Keistimewaan Yogyakarta. Melihat besarnya potensi Keistimewaan Yogyakarta di tahun 2024 ini kami kembali melaksanakan Eksebisi Babad Siti Kemantren yang ke-2 di Taman Budaya Embung Giwangan, yang mengeksplorasi secara detil yang dimiliki wilayah untuk kemudian diaktivasi secara kontekstual dengan harapan akan berdampak bagi peningkatan pemberdayaan masyarakatnya,” jelasnya.
“Proses kerja kreatif ini telah dimulai pada bulan Mei, melibatkan berbagai unsur dari elemen wilayah, akademisi, praktisi, dan budayawan, mahasiswa, dan komunitas melalui diskusi ilmiah maupun lokakarya, guna terwujudnya sebuah eksebisi yang tidak hanya bernilai artistik saja, namun dapat mendatangkan profit bagi masyarakat yang terlibat didalamnya,” imbuh Yetty Martanti.
Selain pelestarian budaya di wilayah, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta juga memberikan perhatian penuh terhadap pembinaan kebudayaan lintas generasi dan komitmen itu diwujudkan melalui kegiatan pembinaan dan pelestarian budaya sejak dini, melalui fasilitasi yang diberikan kepada generasi muda yang berperan sebagai agen pelestari budaya.
Momentum peringatan 12 tahun Keistimewaan, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta memberikan ruang bagi para seniman cilik untuk mengekspresikan bakat dan kreativitas mereka dalam sebuah pertunjukan Resital Dalang Anak dan juga Pentas Wayang Sinema Anak dalam balutan kolaborasi seni tradisi dan sinematografi modern.
Yetty berharap, “Melalui pameran ini masyarakat secara sadar mengenali, mendapati Istimewa Yogyakarta yang tumbuh disekitarnya sebagai sebuah warisan budaya yang tetap Lestari dan bermanfaat bagi terbangunnya citra Yogyakarta sebagai sebuah Daerah Istimewa.”
Dalam paparannya, Kurator pameran Dr Sri Margana mengatakan untuk Babad Siti Kemantren Jilid 1 eksebisinya lebih leluasa karena berada di kampung masing-masing, kali ini pihak kurator mengajak seluruh Kemantren untuk membuat semacam etalase kemantrennya masing-masing di Taman Budaya Embung Giwangan. Didampingi oleh mahasiswa dari Sejarah dan dari ISI Yogyakarta, pameran yang digelar di lantai dua, dibagi kedalam beberapa klaster, ada klaster seni, klaster ritual, dan klaster sosial-budaya. Sedangkna di lantai bawah dihelat kegiatan tambahan seperti, pentas seni, talkshow, dan workshop.
“Mengingat disetiap Kemantren itu potensi ikoniknya sangat banyak, maka setiap perwakilan harus pandai-pandai memililh satu yang terbaik, karena terbatasnya ruang display. Contohnya beberapa Kemantren menampilkan tokoh-tokoh ternama seperti, Pangeran Diponegoro, dan Kusbini pencipta lagu kebangsaan ‘Padamu Negeri’,” ungkap Sri Margana. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)