Jemek Supardi dan Septian Dwi Cahyo Tampil Di Doku-Mime Concert Hall TBY, Kamis, 19 Juli 2018.

Pantomim Jemek Supardi dan Septian Dwi Cahyo, siap menghibur publik dalam Pertunjukan Pantomim Di Concert Hall TBY, Kamis malam, 19 Juli 2018. Gratis!
Impessa.id, Jogja : Animo anak-anak di Yogyakarta untuk bermain pantomime ternyata tinggi, hal itu terbukti dengan langsung penuhnya kuota peserta Workshop Pantomime yang digelar oleh Rumah Pantomim Yogyakarta, sehari sebelum berlangsungnya Pertunjukan Pantomime bernama Doku-Mime ke-2, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta jalan Sriwedani nomor 1, Kamis, 19 Juli 2018, terbuka untuk umum secara gratis.
Workshop Pantomime diselenggarakan Rabu pagi mulai pukul 10 WIB menghadirkan pemateri tokoh pantomime nasional Septian Dwi Cahyo, kemudian pantomime senior Jogja, Jemek Supardi, Deddy Ratmoyo, Ende Reza dan Broto Wijayanto. Workshop Pantomim yang direncanakan berlangsung hingga sore terbagi kedalam tiga sesi, ada sesi untuk anak-anak dengan peserta dibatasi 40 anak-anak, serta sesi dewasa untuk 40 peserta.
Agenda jelang pementasan Doku-Mime bertajuk “Dunia Anak” pada Kamis, (19/07/18) berupa Lomba Pantomim Tunggal atau Stand-Up Mime, terbuka untuk umum dan berhadiah, pada pukul 15 hingga 18 WIB bertempat di Panggung Terbuka Taman Budaya Yogyakarta. Sedangkan pertunjukan Doku-Mime dimulai pukul 19.30 WIB bertempat di Concert Hall TBY.
Pertunjukan Doku-Mime diawali dengan tampilan dua cerita yakni, pertama berjudul “Si Mehong” dimainkan oleh grup GEAMime, sutradara Krismantono dan Penulis Naskah Broto Wijayanto. Kemudian tampilan kedua berjudul “Topeng Bopeng” dimainkan oleh grup JOK-Yes Mime, Sutradara Marco Dinarta dan Penulis Naskah Ende Reza. Sebagai puncak pertunjukan, berupa tampilan pantomime oleh seniman kawakan masing-masing, Septian Dwi Cahyo, Jemek Supardi, Arlin darline-Nibras dan “Study Pantomim” oleh Teater Sendratasik UNESA.
Ketua panitia pelaksana Jamaluddin Latif, didampingi Ketua Taman Budaya Yogyakarta Eni Lestari jelang pementasan kepada wartawan menuturkan pilihan Dunia Anak diangkat menjadi tema dikarenakan dunia anak adalah dunia yang telah dilalui semua manusia, dunia yang penuh canda-tawa, sedih-gembira, dan dunia yang nyata sekaligus imajinatif.
“Dari penjabaran sifat dan sikap itu, cerita, kisah, dongeng yang berkelebat menghiasi duinia anak, ternyata menginspirasi untuk penciptaan karya seni. Selain itu tingginya minat anak-anak terhadap seni pantomime, memotivasi Rumah Pantomim Yogyakarta mewadahi mereka regenerasi pantomime di Yogyakarta”, ungkap Jamal.
Menurut Jamal, evaluasi atas perhelatan Festival Lomba Seni Siswa Nasional - FLSSN tahun sebelumnya (2017) menunjukkan antusiasme anak-anak yang begitu tinggi menjadikan tolok ukur untuk memberikan pelatihan pantomime di sekolah-sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler, terlebih dengan adanya dukungan penuh dari Taman Budaya Yogyakarta sebagai Etalase Budaya Jogja. (Tok)