Feature

Nggendhong, Mikul dan Nyangking, Petuah KGPAA Paku Alam X, Tangani Anak Down Syndrome

Nggendhong, Mikul dan Nyangking, Petuah KGPAA Paku Alam X, Tangani Anak Down Syndrome

Nggendhong, Mikul dan Nyangking, Petuah KGPAA Paku Alam X, Tangani Anak Down Syndrome

Impessa.id, Yogyakarta: Menjadi istimewa karena down syndrome bukan berarti harus menjadi sosok yang dikasihani, namun tetap dikasihi dan difasilitasi. Meningkatkan komunikasi antar orang tua yang memiliki anak-anak istimewa tersebut dapat menjadi sarana berbagi dan saling mendukung dengan baik.

Wagub Daerah Istimewa Yogyakarta, KGPAA Paku Alam X mengungkapkan hal itu saat menerima audiensi Yayasan Down Syndrome Insani (YSDI) DIY, Senin (13/02/23) di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Sri Paduka menerima YSDI DIY beserta anak-anak down syndrome dengan didampingi Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial DIY, Budhi Wibowo.

YSDI direncanakan menggelar acara Peringatan Hari Down Syndrome sedunia pada 21 Maret 2023. Ada beberapa hal yang menjadi catatan dari Wagub DIY untuk kegiatan tersebut, terutama untuk memberi ruang bagi para anak-anak istimewa itu.

"Saya sering menemui keluarga yang malu, disembunyikan, dan kadang dikasari. Nah, dari forum ini bisa dilakukan komunikasi, saling sharing permasalahan, saling menyemangati, memotivasi, dan menginisiasi ide baru,” ujar Sri Paduka.

Sri Paduka mengaku cukup bangga dengan kekompakan YSDI yang mampu memberi ruang bagi anak-anak down syndrom. Memang harus ada saling dukung tidak hanya dari Pemda DIY, tapi juga masyarakat umum, volunteer, akademisi, dan praktisi kesehatan.

“Saya yakin seyakin-yakinnya, masih banyak orang baik yang mau membantu dan harapan saya jangan kemudian kondisi ini dipakai untuk memohon belas kasihan, kemudian meminta-minta sumbangan. Harus disyukuri karena amanah. Kita tanggung bersama, ada yang menggendong, memikul, dan nyangking,” jelas Sri Paduka.

Selain itu, Sri Paduka juga mengimbau para mahasiswa untuk menjadi volunteer mengabdikan diri membantu anak-anak berkebutuhan khusus ini. “Mereka bukan alien, mereka saudara-saudara kita. Percayalah, di Jogja masih banyak orang baik,” ujar Sri Paduka.

Ketua Panitia Pelaksana Peringatan Hari Down Syndrome sedunia sekaligus anggota YSDI dan Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome (POTADS), Ludy Bimasena mengamini arahan Sri Paduka ini. Pada 2023, mengambil tema “With Us Not For Us, dirinya tidak meminta belas kasih tapi kebersamaan.

Sejumlah kegiatan dilakukan pada peringatan hari Hari Down Syndrome sedunia di DIY. Anak-anak nantinya diajak untuk terlibat dalam kegiatan Gowes Charity yang didukung oleh Pemda DIY beserta OPD terkait. Ada lomba mewarnai Batik Umpluk, yaitu batik karya dari SLB yang sudah punya paten dan diadakan lomba baca cipta puisi, memotret alam atau hutan.

Guna menyiapkan anak-anak down syndrome, Ludy mengatakan wajib diadakan latihan rutin. Saat ini yang sedang berjalan adalah latihan pencak silat, secara rutin seminggu sekali. Down Syndrome adalah peniru yang hebat. Mereka menurut Ludy tidak bisa menginisiasi, tapi bisa dilatih dan harus mendapatkan dukungan dari lingkungan.

Menjadi pendamping down syndrome bukan perkara mudah. Kreatif, dan memahami kendala dan kebutuhan menjadi hal utama yang harus dilakukan. Dari kreatifitas para pendamping ini pula, lahir batik umpluk yang sudah dipatenkan.

Ludy mengaku sangat bersyukur atas dukungan yang diberikan sepenuhnya oleh Sri Paduka. Menurutnya, Sri Paduka sangat peduli pada down syndrome, ketika ada event khusus seperti peringatan hari besar, dan dalam kesehariannya, Sri Paduka selalu bersedia untuk mendampingi.

“Anak down syndrome kan otot-ototnya lemah, kemampuan motoriknya lemah. Guru dan semua pendamping harus memiliki kreatifitas untuk memfasilitasi mereka,” tutupnya. (Humas Pemda DIY/Antok Wesman/Impessa.id)