Feature

PSGY 2021 Di Kiniko Art Room Kalipakis, Yogyakarta, Ungkap Sablon, Dari Teknik Cetak Pada Baju Menjadi Ekspresi Seni Grafis

PSGY 2021 Di Kiniko Art Room Kalipakis, Yogyakarta, Ungkap Sablon, Dari Teknik Cetak Pada Baju Menjadi Ekspresi Seni Grafis

Karya Andy Warhol dan Liu Ye, koleksi Jumaldi Alfy, dipamerkan pada PSGY 2021 Di Kiniko Art Room Kalipakis, Yogyakarta, yang Mengungkap Sablon, Dari Teknik Cetak Pada Baju Menjadi Ekspresi Seni Grafis

Impessa.id, Yogyakarta: Bambang ‘Toko’ Witjaksono selaku Kurator Pameran Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021 menuturkan, istilah teknik cetak saring tidak begitu dikenal di Indonesia. Istilah yang lebih populer yang dipakai  di Indonesia adalah cetak sablon yang berasal dari bahasa Belanda: Schablon. Kata ini  berakulturasi sehingga menjadi bahasa serapan dan bermetamorfosis menjadi sablon. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata sablon didefinisikan sebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh.  

Sejarah Teknik sablon berawal dari teknik stencil, yaitu gambar atau pola yang dihasilkan dengan objek perantara dengan cara disemprotkan. Stensil tangan, dibuat dengan meniup pigmen di atas  tangan yang diletakkan di dinding gua, ditemukan lebih dari 35.000 tahun yang lalu di Asia dan Eropa, dan tempat prasejarah di benua lain. Setelah itu stensil banyak digunakan sebagai teknik melukis pada semua jenis bahan.

Teknik  sablon  pertama  kali  ditemukan  di  China,  pada  zaman  Dinasti  Song  (960-1279  M). Kemudian beberapa negara Asia seperti Jepang dan lainnya mengadopsi metode cetak baju kaos ini dan mengembangkannya dengan memadukannya dengan penggunaan teknik sablon atau cetak  lainnya. Di Jepang, cetak sablon atau cetak saring telah lama di kenal dan di gunakan sejak tahun 1664. Ketika itu Yujensai Miyasaki dan Zisukeo mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif, agar harga kimono menjadi lebih murah.  

Selang beberapa abad kemudian, teknik sablon mulai dikenalkan ke Eropa Barat setelah beranjak dari Asia pada akhir tahun 1700an. Sablon untuk bahan tekstil mulai dikenal sejak kain sutera  mulai banyak digunakan di  pasaran. Teknik sablon tersebut digunakan untuk mencetak hiasan pada kain sutera. Sutra digunakan sebagai media untuk stensil. Sutra direntangkan di antara stensil  kertas dan sikat digunakan untuk memasukkan tinta melalui celah jaring sutra. Dari perisiwa itulah dikenal istilah silkscreen.

Industri sablon

Waktu terus berjalan. Teknik sablon pun akhirnya pertama kali dipatenkan di Inggris oleh Samuel  Simon pada tahun 1907. Awalnya, penyablonan digunakan sebagai metode untuk melakukan pencetakan pada kertas dinding (wallpaper), pencetakan sprei, sutra, atau bahan-bahan kain  lainnya  yang memiliki kualitas tinggi. Namun akhirnya penyablonan merambah ke berbagai media, termasuk sablon kaos, sablon poster dan sablon pada media lainnya. Penggunaan  teknik sablon pada busana ini pun merambah Indonesia, bahkan menjadikan  sablon sebagai  teknik  yang  paling  populer di masyarakat Indonesia, dibanding teknik cetak Seni Grafis lainnya.

Sablon sebagai media seni rupa

Selain merupakan alat penunjang komersial, teknik sablon pun menjadi salah satu media pengembang seni rupa. Di tahun 1930 sekumpulan seniman sablon di Inggris mendirikan Perkumpulan Serigrafi Nasional (National Serigraphic Society), yang awalnya dikenal dengan nama Serigrafi. Hal ini dibuat untuk membedakan seniman yang berkarya di bidang seni  menggunakan penyablonan, dengan mereka yang bergerak di bidang sablon untuk kepentingan industri komersial. Serigrafi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu ‘Seri’ (sutra), dan bahasa Yunani ‘Graphein’ (menulis atau menggambar).

Seniman Andy Warhol merupakan salah satu nama yang berjasa besar dalam memperkenalkan teknik penyablonan yang berkaitan dengan istilah serigrafi tersebut. Warhol dikenal dengan  karyanya pada tahun 1962, yaitu gambar Marilyn Monroe yang dicetak dengan menggunakan warna-warna mencolok. Pada era itu, Warhol pun mempopulerkan aliran seni visual baru ciptaannya  sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah Pop Art.

Pengaruh  penggunaan  teknik  sablon  sebagai  media  ekspresi  dalam  seni  grafis  pun  sampai juga  ke  Indonesia,  bahkan  diajarkan  pada  institusi  seni. Di kampus ASRI Yogyakarta hingga ISI Yogyakarta) maupun ITB Bandung serta kampus seni lainnya, sablon diperlakukan sebagai salah satu teknik cetak  untuk  berkarya. Hingga sekarang, karya-karya seni grafis dengan teknik sablon sudah sangat variatif dan menunjukkan beragam ekspresi. Karakter dan keunikan hasil cetakan sablon merupakan sebuah ciri khas yang senantiasa diolah eksperimentasinya.

“Dengan populernya teknik sablon di masyarakat serta adanya berbagai karakter khas karya sablon/screenprint sebagai karya seni, maka hal ini perlu dipertunjukkan kepada masyarakat luas.  Pada perhelatan Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021 di Kiniko Art Room, Kalipakis, Yogyakarta, 21-27 September 2021, kami fokus memamerkan karya-karya seni grafis dengan teknik sablon atau screenprint. Sebagai spesial presentation, dipamerkan pula karya  sablon dari Andy Warhol dan Liu Ye, serta karya-karya sablon dari kelompok Decenta Bandung yang eksis pada kurun waktu 1980-an,” ungkap Bambang ‘Toko’ Witjaksono. (Feature of Impessa.id by Grace Meliala-Antok Wesman)