Impessa.id, Yogyakarta : Dalam dunia perdagangan diperlukan peralatan untuk mengukur dan menimbang barang-barang dagangan, baik untuk perdagangan lokal maupun internasional. Sejak zaman dahulu manusia mencoba membuat alat ukur ini, data yang tertua adalah sebuah gambar pada lembaran kertas Papirus Mesir Kuno yang menggambarkan sebuah alat timbang yang sederhana tetapi prinsipnya hampir sama dengan timbangan emas masa kini yang biasa disebut dengan Traju.

Hermanu-Kurator Bentara Budaya Yogyakarta melalui press release yang diterima Impessa.id menuturkan, bahwa dalam mitos Yunani, dewi keadilan atau Themis digambarkan dalam bentuk perempuan, matanya tertutup kain, tangan kirinya memegang timbangan dan tangan kanan memegang pedang, yang mempunyai arti hukum akan ditegakkan tanpa pandang bulu. Ada lagi gambar timbangan untuk lambang bintang Libra dari horoscop Yunani.

Di Indonesia, timbangan dan ukuran sejak zaman Hindu Buddha sudah ada, seperti yang terpahat dalam relief Candi Borobudur. Namun setiap daerah mempunyai cara mengukur dan bentuk timbangan yang berbeda sehingga menimbulkan perselisihan, seperti 1 pikul di Jawa berbeda dengan 1 pikul di Sumatra. Timbangan baru bisa sedikit diatur oleh pemerintahan JP Coen tahun 1621 di zaman Belanda dengan alat ukur berat bernama Daatse atau Dacing. Dan yang diberi hak untuk membuat dan menyebarkan alat ukur ini adalah para Mayor atau pemuka bangsa Cina di Batavia. Sepertinya mereka lalu mendatangkan alat-alat ini dari daratan Cina dengan bahan kayu hitam.

Baru pada tahun 1923 alat ukur ini diperbaharui dengan datangnya timbangan-timbangan buatan Eropa yang bentuk dan gunanya bermacam-macam, dan yang paling penting alat ukur ini harus di TERA atau dicek kebenarannya.

Timbangan-timbangan inilah yang akan kami pamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta pada bulan Juli ini. Ternyata, bentuk dan ukuran timbangan ini sangat banyak mulai dari timbangan untuk kertas yang ukurannya hanya 7 cm sampai timbangan jenis Bascule yang dapat menimbang seberat 1 ton. Di samping itu ada juga alat ukur untuk benda cair seperti minyak tanah, air dan benda cair lainnya. Di samping itu, ada alat ukur untuk panjang seperti meteran kayu, pengaris, Theodolit dan lain sebagainya.

Semua benda-benda berupa alat ukur dan timbangan ini sebagian besar masih berfungsi namun ada beberapa yang sudah karatan karena sudah terlalu lama tidak terpakai karena sudah tidak praktis dan ketinggalan zaman. Kami memamerkan semua benda-benda ini untuk apresiasi kepada generasi muda, khususnya, yang dapat menambah pengetahuan mengenai alat ukur dan timbangan masa lalu yang telah berjasa mendatangkan keuntungan yang besar kepada negara dari ekspor hasil bumi kita.

Jenis-jenis timbangan sangat beraneka ragam mulai dari timbangan manual yang masih membutuhkan bantuan manusia untuk proses bekerjanya ataupun jenis timbangan   digital yang proses bekerjanya secara elektronik dan otomatis. Sebelum ada jenis timbangan digital, orang memakai timbangan manual untuk segala aktivitasnya, baik di pasar, toko, pelabuhan, maupun rumah sakit. 

Kali ini Bentara Budaya Yogyakarta bekerja sama dengan Bonum Art memamerkan aneka jenis timbangan lawas yang tidak lagi atau jarang digunakan ataupun masih digunakan hingga saat ini. Pameran bertajuk Pameran Alat Ukur Timbangan DACIN berlangsung 3 – 11 Juli 2019. (Hermanu/Antok Wesman)