Feature

Pameran Seni New Message Peace, Berlangsung Di Rumah Teletubbies Bangunjiwo ArtDome, Kasihan-Bantul, Yogyakarta, hingga 27 Januari 2021

Pameran Seni New Message Peace, Berlangsung Di Rumah Teletubbies Bangunjiwo ArtDome, Kasihan-Bantul, Yogyakarta, hingga 27 Januari 2021

Pameran Seni New Message Peace, Berlangsung Di Rumah Teletubbies Bangunjiwo ArtDome, Kasihan-Bantul, Yogyakarta, hingga 27 Januari 2021

Impessa.id, Yogyakarta: Hampir setahun situasi dan kondisi krisis karena pandemic Covid 19, yang paling egois dalam situasi ini adalah mengkhayal. Ketika perupa berkhayal mewujud ke dalam karya seni, disitu ada ruang pesan baru, ada pesan baru ruang. Ada pesan baru dalam sebuah ruang, ada ruang apa dalam pesan baru? Ada jejak yang baru tertinggal atau sengaja ditinggal disebuah ruang. Membuat pesan apa yang baru dalam ruang? Meskipun kini pesan-pesan baru itu berhamburan dan berulang-ulang, bahkan berulang pesan yang sama, pesan seperti baru. Semua pesan baru itu berebut ruang, semua ruang berebut pesan baru.

Pada kenyataannya mungkin pesan itu tidak ada, namun seperti nyata. Pesan baru itu dibuat seperti nyata, meskipun faktanya tidak ada. Adapun demikian faktanya nyata, pesan baru mengubahnya menjadi ilusi, disamarkan atau malah ditutupi dan dihilangkan.

Apa yang bisa ditangkap dari sebuah pesan baru, apa yang bisa diungkap dari pesan baru? Tentunya pesan baru itu seperti juga segala sesuatu yang dihadapi dialami dalam menjalani kehidupan. Berbagai macam persoalan saat ini, pengalaman dan pengetahuan baru, yang didedikasikan kepada bahasa seni.

Bagaimana membuat pesan dalam ruang baru, atau bagaimana membuat ruang baru dalam sebuah pesan itu. Membuat pesan baru menjadi ruang imajinasi, ruang imajinasi dalam pesan baru. Pesan baru yang bersifat pribadi atau umum. Sebab akibat dari kepentingan pribadi yang tidak melibatkan kepentingan umum dan kepentingan umum yang bertalian dengan kepentingan pribadi. Bisa jadi pesan itu peristiwa atau hasil kontemplasi terhadap segala sesuatu.

Bangunjiwo ArtDome sebagai ruang seni baru di Yogyakarta, menjadi ruang pesan baru bagi karya seni dasar. Akibat dari protokol kesehatan Covid 19, memaksa diam di rumah, dan jaga jarak, sehingga banyak waktu luang untuk berkarya, melakukan eksplorasi.

Komunitas Seni Preeet yang terbuka umum, memiliki agenda Pameran New Message Space (Ruang Pesan Baru) diplesetkan menjadi New Message Peace (Pesan Baru Damai) atau New Massage Space (Ruang Pijat Baru). Pameran itu digelar di Bangunjiwo ArtDome (Rumah Teletubbies) Cikalan, Rt. 02 DK. II, Ngentak, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul Yogyakarta, Minggu, 27 Desember 2020 – 27 januari 2021. Pameran tersebut bersamaan dengan pameran penggalangan dana untuk seniman disabilitas disfungsi dua kaki, Edy Priyanto, korban tabrakan yang mengalami patah tulang bahu kanannya, luka di kepala dan pan di kaki lepas.

Pembukaan pameran ditandai dengan melukis bersama para peserta pameran, menghadirkan Melania Sinaring Putri, penari asal Purwrejo. Acara terbatas dan sesuai prokes, di siarkan langsung melalui akun Instagram dan facebook Seni Preet. Terbuka untuk umum mulai 28 Desember 2020 sampai 27 Januari 2021. Deden pemilik ruang pamer mengaku gembira dan bahagia tempatnya menjadi hidup dan di hidupkan teman-temannya untuk berproses seni.

Menampilkan 15 perupa dari latar belakang pendidikan dan budaya berbeda, Medan, Jawa Barat, Minang, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan, Palembang, yang berproses di Yogyakarta. Diantaranya; Deden FG, Paul Agustian, Riki Antoni, Desmond Zendrato, Baraliar/Chacha Baninu, Dadang Imawan/Dewi a.k.a. DuaDe, Ratih Alsaira, Ipo Hadi, Ahmad Arief Affandi, Agapitus Ronaldo, N. Rinaldy, Dadah Subagja, dan Windi Delta.

Seni Preeet menyajikan karya-karya di luar kebiasaan senimannya, Mural, Grafity, Colagge, Instalasi, performance art. Karya seni yang tidak diseriusi tapi berpikir serius. Seperti bermain menciptakan aturan mainnya sendiri. Mungkin karya yang dikerjakannya tidak begitu popular. Mengadopsi dari hal-hal yang sepele. Boleh dikatakan seni dasar dan jauh dari istilah seni avant-gard atau dikatakan seni tinggi. Secara berpikir bodoh seni tinggi kalau jatuh, berbahaya. Mari saksikan keseriusan kemasan seni dasar pada umumnya yang memiliki pesan baru senimannya. Pesan itu kembali ke seni dasar, belajar bermain atau mengeksplorasi gagasan. 

Inti dari pesan Seni Preeet tetap konsisten yakni mengingatkan diri sendiri, meskipun sesungguhnya sebuah pesan itu juga berlaku umum. Seperti undang-undang Preeet berkata: “Kita tidak pikir apa yang orang pikir, kita berpikir apa yang kita masalahkan.”  

Anggap saja Seni Preeet anak-anak yang selalu rindu mencintai sukacita, dan kasih sayang. Meskipun yang terlibat dalam pameran ini semua pemuda paruhbaya (dewasa), bukan anak-anak. Jangan sampai kita merasa paling baik dan paling benar sehingga merendahkan sesamanya, bahkan menghabisinya. Belajar hidup tidak menyimpan rasa dendam, tidak merugikan orang, marah biasa, bertengkar sebentar setelah itu akur lagi. Hidup sementara, seni itu umurnya panjang. Tidak perlu terlalu ngotot dalam berkesenian, cukup ngotot dalam berkarya.

Karya-karya yang terdisplay seperti harapan senimannya, memilih tempat dan mengaturnya sendiri, hingga karya itu menempatkan bunyi pesan pada ruang. Ruang pesan baru melekat pada karya, letak karya, pertunjukkan dramatikal senimannya, diungkapkan melalui tulisan dan secara verbal.

Andai hal ini bagian dari kebebasan, demokrasi, atau toleransi; dengan cara seniman diberikan hak penuh mengatur penempatan, memasang karya sendiri, kemudian meresponnya. Sehingga tidak lagi membutuhkan ahli display atau mengatur kelayakan menurut aturan standar display. Mungkin ini tragedy mengurangi karakter sistem kerja kurasi.

Secara keseluruhan menunjukkan pesan baru ini disampaikan seperti sikap pasrah menyerah, mengikuti aturannya sendiri dan yang lainnya harus menerima segala konsekuensinya. Bisa jadi penyerahan hak penuh kepada seniman, bagian dari sikap pasrah menyerah. Sikap ini sangat berbahaya ketimbang yang arogan atau radikal. Pasrah menyerah akan melepaskan tanggungjawabnya menjadi tanggungan bersama. Sementara sikap arogan atau radikal dipenuhi intrik dan kepentingan, tentunya bila menghukumnya tanpa merasa bersalah. Orang pasrah menyerah yang menghukumnya bersalah. Bukankah begitulah yang sering terjadi dan dapat kita saksikan. (Meuz Prast/Antok Wesman-Impessa.id)