Event

Para Perupa Mendokumentasikan Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan Kulon Progo, Yogyakarta

Para Perupa Mendokumentasikan Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan Kulon Progo, Yogyakarta

Para Perupa Mendokumentasikan Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan Kulon Progo, Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Upacara tradisional "Kembul Sewu Dulur, Saparan Rebo Pungkasan" yang digelar setiap tahun di Bendung Kayangan Pendoworejo Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 2020 tetap diselenggarakan meskipun pesertanya tidak sebanyak tahun-tahun sebelum pandemi.

Acara yang digelar Rabu, 14 Oktober 2020 mulai jam 10.00 pagi sampai jam 13.00 siang tersebut dijadwalkan dihadiri Bupati Kulonprogo Drs H. Sutejo Wiharso, Kepala Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, dan beberapa calon investor. Selain itu, sejumlah pelukis menyertai upacara dengan melukis on the spot.

Sejak 1990-an sejumlah seniman tak pernah absen mengikuti ritual unik Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan. Awalnya hanya beberapa pelukis seperti Sutopo, Suyono dan lain-lain yang dikomandani Godod Sutejo. Tahun 2020, sederet pelukis ternama tak ketinggalan ikut mengabadikan momentum tersebut ke kanvas-kanvas mereka dengan beragam gaya dan corak.

“Tadinya upacara Saparan Rebo Pungkasan ini hanya diikuti belasan orang saja. Itupun cuma Genduren Tumpeng dan makan bersama. Belum dikemas apik sebagai atraksi wisata berbasis budaya seperti sekarang,” ungkap Godod Sutejo.

"Karena sering ke Bendung Kayangan dan melihat potensinya ke depan, kami berinisiatif ketemu dengan Pak Landung Wiyono, Kades Pendoworejo pada saat itu, untuk mendorong penyelenggaraan yang lebih meriah dengan tambahan aneka atraksi seni diantaranya Ngguyang Jaran Kepang dan melukis bersama. Dan sejak itu acara adat ini kami sebut Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan," cerita Godod.

Tiap tahun penyelenggaraan upacara adat Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan, kian ramai dan banyak dikunjungi wisatawan. Rangkaian kegiatannya pun makin beragam, seperti pawai karnaval, wayangan, lomba foto, atraksi seni tari, jathilan hingga festival kuliner. Puluhan perupa dengan kegiatan melukis bersama on the spot pun tak pernah absen.

Hal itu berlanjut hingga sekarang. Namun, di masa pandemi ini peserta dibatasi. Beberapa pelukis yang terpilih untuk melukis on the spot kali ini antara lain, Ledek Sukadi, Totok Bukhori, Nanang Wijaya, Rakhmat Supriyono, Astuty Kusumo, Enggar Yuwono, Suyono, dan Kondang Sugito.

Dalam ritual budaya itu para pelaku spiritual juga memandikan Kuda Lumping di sungai Bendung Kayangan yang merupakan petilasan Brawijaya. Menurut pengamatan Godod Sutejo yang aktif mengikuti acara itu sejak 1990, semenjak dilakukan ritual di Bendung Kayangan, masyarakat sekitar semakin makmur. Tidak hanya pertanian yang subur, namun daerah itu semakin ramai dikunjungi wisatawan.

Wisata kuliner di daerah Pendoworejo pun kian merebak. Beberapa kafe dan warung eksotik yang selalu ramai dikunjungi tamu diantaranya, Kopi Ampirono, Kopi Ingkar Janji, Iwak Progo dan Banyu Bening.

"Kami berharap upacara adat yang rutin digelar tiap tahun ini dapat makin berkembang dan jadi destinasi wisata unggulan berbasis budaya di Kulonprogo. Sehingga bisa mendatangkan investor di bidang pariwisata dan menjadikan Pendoworejo sebagai gerbang pariwisata Kulonprogo," tutup Godod Sutejo. (Ekha/Antok Wesman-Impessa.id)