Event

Buku Puisi Kepada Paitua, Diluncurkan Di Sastra Bulan Purnama Tembi Yogyakarta Via YouTube, Senin, 6 Juli 2020

Buku Puisi Kepada Paitua, Diluncurkan Di Sastra Bulan Purnama Tembi Yogyakarta Via YouTube, Senin, 6 Juli 2020

Ninuk Retno Raras, Yeni Mada, Endah Sr, Ida Fitri, Siap Bacakan Puisi Kepada Paitua Diluncurkan Di Sastra Bulan Purnama Tembi Yogyakarta, Senin Petang, 6 Juli 2020, Via YouTube

Impessa.id, Yogyakarta: “Kepada Paitua” adalah judul buku puisi karya Yuliani Kumudaswari, perempuan penyair yang sekarang tinggal di Semarang, dan merupakan buku tunggal ke-5 yang telah diterbitkan. Puisi-puisi-nya, selain tergabung dalam sejumlah antologi puisi bersama, juga dipublikasikan di media cetak dan online.

Buku puisi tersebut diluncurkan pada Sastra Bulan Purnama edisi 106, dalam format Poetry Reading From Home seri 4, Senin, 6 Juli 2020, pukul 19.30 WIB, via YouTube Sastra Bulan Purnama.

Puisi dalam buku ‘Kepada Paitua’ dibacakan oleh beberapa perempuan yang memiliki profesi berbeda-beda, dan tinggal di kota yang berlainan. Mereka adalah Rosana Hariyanti (Malang), Yeni Mada (Pontianak), Retno Darsi Iswandari (Australia), Diah Rofika (Jakarta), Endah Raharja, Endah Sr, Ida Fitri, Ninuk Retno Raras, Rani Februandari, Savitri Damayanti, Nurul Indarti (Yogyakarta), dan aktor dari Yogyakarta, Landung Simatupang.

Puisi-puisi Yuliani, dalam pertunjukan digital itu juga digarap menjadi lagu oleh penyair sekaligus guru SMP di Ngluwar, Magelang, Daladi Ahmad nama penyair-guru tersebut, dan juga diolah menjadi satu pertunjukan tari dan musik oleh kelompok yang menamakan diri Jam Malam Yogyakarta. Tentu, Yuliani Kumudaswari, membacakan beberapa puisinya untuk mengawali pertunjukan seri poetry reading from home itu.

Angka 4, dalam Poetry Reading from Home seri 4, karena acaranya diselenggarakan setiap bulan, setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa situasi pandemi Covid-19 sudah memasuki bulan 4, dan belum sepenuhnya aman untuk melakukan interaksi dalam kerumunan, yang dihadiri banyak orang. Maka, pertunjukan secara digital, atau sering disebut juga sebagai daring adalah pilihan yang diambil agar pertunjukan terus berjalan, dan masing-masing bisa saling berinteraksi.

Para pembaca yang tampil sudah sering membaca puisi atau cerpen di Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan secara off line dalam edisi yang berbeda-beda. Mereka membacakan karya sendiri ataupun karya orang lain, yang kebetulan diluncurkan di Sastra Bulan Purnama, dan penulisnya meminta beberapa nama disebut di atas untuk membacakan karyanya.

Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta, sejak Covid-19 ditetapkan sebagai pendemi dan orang harus saling melakukan jarak, dan dilarang berada dalam kerumunan. Padahal, setiap Sastra Bulan Purnama -SBP diselenggarakan selalu dihadiri banyak orang, artinnya selalu dalam kerumunan orang. Maka, pada bulan April, saat SBP tiba jadwal pentas dialihkan dalam bentuk digital atau daring melalui YouTube.

“Jadi, meski ditengah pendemi yang tidak memungkinkan orang untuk berkumpul, tetapi masih terus bisa membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, dan masing-masing masih bisa saling interkasi melalui chating saat SBP tampil secara ‘live’ di youtube” ujar Ons Untoro koordinator Sastra Bulan Purnama.

Yuliani Kumudaswari memang sudah membuat rencana sejak Juli 2019, bahwa pada Juli 2020 menulis puisi untuk acara Sastra Bulan Purnama Juli 2020. “Pak Ons, Juli 2020 buku puisi saya terbit lagi, dan supaya bapak bisa menjadwalkan untuk bisa diluncurkan di Sastra Bulan Purnama,” kata Yuliani pada bulan Juni 2019.

Tak disangka, pendemi menghantui semua orang di dunia untuk saling bertemu. Tapi semangat Yuliani untuk peluncuran buku puisi tidak surut, dan terkumpulah 100 puisi untuk diterbitkan. “Bulan Mei 2020 saya dikirimi 100 puisi untuk diterbitkan, dan selama beberapa minggu teknis penerbitan disiapkan agar bisa diluncurkaan bulan Juni 2020,” kata Ons Untoro yang bertindak sebagai editor.

“Konsinten terhadap komitmen memang penting dalam menjalani kehidupan, karena setahun sebelumnya kesepakatan telah diambil. Tidak karena alasan pandemi kemudian dibatalkan, kalau ditunda lebih agak bisa diterima,” ungkap Ons menutup pembicaraan. (Ons/Antok Wesman-Impessa.id).